Sengketa Pajak Picu PGN Merugi US$264,77 Juta


PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) membukukan rugi tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$264,77 juta di sepanjang 2020 dibandingkan tahun sebelumnya membukukan laba sekitar US$67,58 juta.

Direktur Keuangan PGN, Arie Nobelta Kaban mengatakan kerugian tersebut dipicu oleh sengketa pajak mengenai PPN pada periode tahun 2012 – 2013 yang diajukan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) melalui upaya hukum peninjauan kembali (PK) dan telah terdapat putusan Mahkamah Agung pada bulan Desember tahun 2020 sebesar US$278,4 juta. 

“Selain itu, juga terdapat penurunan (impairment) aset di sektor minyak dan gas sebesar US$78,9 juta,” katanya melalui siaran pers, Senin (12/4).

Menurut Arie, jika tanpa kedua faktor yang di luar kendali manajemen tersebut, kinerja keuangan PGN masih mencatat laba bersih sebesar US$92,5 juta. Perolehan laba tersebut masih lebih tinggi dibandingkan dengan laba bersih yang distribusikan kepada entitas induk tahun sebelumnya.

"Manajemen telah melakukan berbagai upaya untuk menjaga kinerja perusahaan antara lain untuk sengketa pajak di Mahkamah Agung," tegasnya. 

Ditambahkannya, PGN mencatat pendapatan sebesar US$2,88 miliar atau sekitar Rp42,07 triliun (kurs tengah rata-rata Jan-Des 2020 Rp14.582/USD). Dari pendapatan tersebut, PGN mencatat laba operasi sebesar US$303,71 juta dan EBITDA sebesar US$696,85 juta.

“Pencapaian tersebut diperoleh melalui upaya manajemen dalam melakukan improvement dan program efisiensi di berbagai proses bisnis yang mampu menurunkan opex sebesar US$180,4 juta (Rp2,6 triliun), dibandingkan dengan tahun 2019. Selain itu, Manajemen juga berhasil melakukan penurunan capex, salah satunya pada pembangunan pipa minyak Rokan sebesar US$150 juta (Rp2,1 triliun),” urainya.

Dari perhitungan rasio keuangan, posisi keuangan konsolidasian PGN per 31 Desember 2020, tetap menunjukkan posisi keuangan yang masih baik, dengan total aset sebesar US$7,53 miliar, yang didalamnya termasuk kas dan setara kas sebanyak US$1,18 miliar, liabilitas US$4,57 miliar, ekuitas US$2,96 miliar serta rasio lancar (perbandingan aset lancar dengan liabilitas jangka pendek) sebesar 1,7 kali. 

“Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang masih sangat baik," tuturnya.

Adapun rasio debt service sebesar 1,3 kali memperlihatkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi pembayaran bunga dan pokok pinjaman yang masih mencukupi.


Editor : Irwen