Kinerja manufaktur tidak bergantung pada pasar global
Jakarta – Kinerja industri manufaktur nasional tidak bergantung pada dinamika pasar global (global market), melainkan turut dipengaruhi oleh kebijakan internal.
“Meski global market merupakan hal yang sangat penting bagi pertumbuhan industri nasional, tetapi artinya tidak melulu kinerja dari industri manufaktur di tanah air ini berkaitan dengan global market,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Rabu (18/9).
Agus mengungkapkan, perlu adanya peningkatan kolaborasi antar semua pihak yang dapat memberikan ruang tumbuh bagi industri nasional, seperti pemberian insentif, serta pembatasan produk impor murah yang menggerus daya saing industri domestik.
"Kita melihat bahwa challenge yang dihadapi oleh industri manufaktur adalah impor. Impor itu bisa impor ilegal, itu juga problem tersendiri, atau impor legal akibat dari regulasi kita yang tidak pro industri. Barang-barang yang legal itu yang murah-murah, pasti industri kita tidak bisa," paparnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat total nilai ekspor non migas Agustus 2024 ke-13 negara tujuan mencapai 16,22 miliar dolar AS atau naik 9,26 persen dibanding Juli 2024 sebesar 14,85 miliar dolar AS.
Sedangkan, jika dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun 2023, maka total nilai ekspor nonmigas tercatat mengalami peningkatan sebesar 6,34 persen.
Sementara, pada periode yang sama, S&P Global Market Intelligence merilis PMI manufaktur Indonesia mengalami kontraksi menjadi 48,9 poin atau turun 0,4 poin secara bulanan.
Penulis : Indra
Editor : Irwen