Hutama Karya Luncurkan Inovasi HK e-Index


PT Hutama Karya (Persero) meluncurkan dan tengah gencar memperkenalkan inovasi terbarunya sebuah metode penghitungan dengan alat ukur HK Electricity Index (HK e-Index) yaitu pendekatan baru untuk mengukur kecukupan kapasitas pembangkit listrik.

Direktur Operasi I Hutama Karya, Novias Nurendra mengatakan selama ini perseroan dikenal sebagai perusahaan konstruksi dan infrastruktur, di mana saat ini salah satu fokusnya adalah menyelesaikan pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS).

"Namun, tidak banyak yang tahu bahwa dalam beberapa tahun terakhir Hutama Karya juga tengah serius menggarap proyek pembangunan infrastruktur lainnya yang mendukung pembangunan jalan tol. Salah satunya adalah pembangunan infrastruktur dan teknologi pembangkit tenaga listrik," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (13/4).

Lebih lanjut, Hutama Karya sendiri terlibat dalam pembangunan proyek-proyek EPC besar dan penting di Indonesia antara lain proyek Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Grati di Pasuruan, PLTGU Tambak Lorok di Semarang, PLTGU Muara Tawar di Bekasi, dan proyek Ultra Super-Critical (USC) pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) terbesar di Indonesia bahkan salah satu yang terbesar di dunia yang berlokasi di Suralaya, Banten.

“Dalam mengerjakan proyek-proyek pembangkit listrik besar, Hutama Karya juga memiliki unit riset yaitu HK Center for Knowledge, Research and Innovation (HK Connection). Maka dari itu, tidak hanya mengerjakan proyek, kami juga menghasilkan beberapa hasil studi dan pemikiran untuk memperkuat elektrifikasi Indonesia. Salah satu inovasi yang dihasilkan berupa alat ukur index kapasitas pembangkit listrik, yaitu HK e-Index,” tuturnya.

Menurut Novias, penghitungan HK e-Index sendiri diperoleh dengan membagi kapasitas pembangkit di sebuah negara
dengan jumlah penduduknya.

Melalui penghitungan ini, tim riset Hutama Karya berupaya menjawab jumlah pembangkit listrik yang dibutuhkan Indonesia dalam perkembangannya di periode tahun mendatang.

Dari riset yang telah dilakukan oleh tim HK Connection, terlihat HK e-Index dari beberapa negara maju seperti Jerman, Jepang, Singapura dan Korea Selatan berada di kisaran poin 2,2 – 2,6. Sedangkan, negara berkembang dengan sektor energi yang baik seperti Cina dan Malaysia memiliki Index 1,1–1,4.

Sementara HK e-Index Indonesia saat ini masih berada di angka 0,26. Angka yang kecil jika dibandingkan dengan negara-negara yang memiliki GDP (Gross Domestic Product) di atas US$10 ribu per kapita, sehingga masih terdapat pekerjaan yang sangat besar untuk mengejar ketertinggalan ini.

Alat ukur berupa index yang diusulkan ini menghasilkan data yang dapat menjadi landasan seberapa banyak jumlah pembangkit listrik yang harus dibangun Indonesia untuk mengejar ketertinggalannya.

"Negara kita sangat kaya dengan sumber daya alam, air, angin, bahkan sinar matahari yang melimpah. Masih banyak sumber daya alam yang dapat diolah menjadi sumber energi baru dan terbarukan, sehingga hal ini menjadi peluang untuk menciptakan keberlanjutan energi yang lebih baik,” tegasnya.


Penulis : Irwen