Erick Thohir Minta Relief Sarinah Direstorasi


 

 

Menteri BUMN Erick Thohir mengimbau agar relief yang terdapat di gedung Sarinah (Jakarta) direstorasi.

 

“Bangsa besar adalah bangsa yang mengenal sejarahnya. Untuk itu, saya minta agar karya ini direstorasi sedapat-dapatnya, kembali seperti sedia kala, dan saat Sarinah kembali dibuka relief ini dapat dipamerkan kepada publik,” kata Erick dalam pernyataan resminya, Jumat (15/1).

 

Ia turut kagum atas maha karya yang tercermin dalam relief yang terletak di gedung Sarinah tersebut.

 

Sementara, Fetty Kwartati Direktur Utama PT Sarinah (Persero) menambahkan, proses pemugaran gedung Sarinah secara prinsip masih on track dan on schedule walau ditengah-tengah pandemi Covid-19. Pekerjaan renovasi secara progresif dapat dilaksanakan dengan protokol kesehatan yang ketat, juga karena sektor konstruksi termasuk yang mendapat izin untuk beroperasi secara full scale.

 

“Sarinah sebagai gedung dengan predikat cagar budaya juga memiliki sebuah karya seni rupa patung relief. Relief ini melambangkan kegiatan ekonomi rakyat jelata yang pada saat itu bertumpu pada hasil pertanian, perkebunan, perikan dan kerajinan. Selaku proklamator dan presiden pertama Indonesia, Bung Karno adalah seorang seniman dan yang mencetuskan pembuatan karya seni ini. Keberpihakan kepada ekonomi kerakyatan sudah merupakan semangat para pendiri bangsa ini,” papar Fetty.

 

Menurut Asikin, salah seorang tokoh dan anggota TACB, karya seni ini ukurannya sangat epik serta gigantik. Dibuat menggunakan teknologi pengecoran panel tunggal modern. 

 

“Demikian pula saat Sarinah dibangun sebagai perwujudan modernisasi yang pada masanya adalah mercu suar kebangkitan ekonomi bangsa yang unggul yang berpihak pada ekonomi rakyat yang  istilah saat ini adalah UMKM. Relief ini juga terus mengingatkan amanah Sarinah untuk membesarkan mereka. Sejarah Sarinah yang pada tahun 80’an yang pernah terbakar dan pelebaran koridor pengunjung relief ini dipindahkan dan disimpan di lantai dasar,” ucap Asikin.

 

Relief ini menurut catatan beberapa ahli sejarah, dan seni rupa nasional, dibuat oleh kelompok seniman Yogyakarta pada masa konstruksi (1962-1966) yang menampilkan para penjaja dan pelapak yang melambangkan perjuangan rakyat kecil mencari nafkah. 

 

Saat ini, untuk kepentingan pekerjaan restorasi kelompok arsitek atau desainer patung tersebut beserta blue print atau cetak birunya masih ditelusuri oleh TACB.

 


Editor : Widya