Teknologi menghadirkan berbagai pengalaman baru di sebuah kota tua


Guiyang, Tiongkok, (ANTARA/PRNewswire)- Artikel berita dari Dinas Publisitas CPC Tingkat Guiyang:

The six-century-old town of Qingyan on the outskirts of Guiyang, Guizhou province, is a small military outpost that today serves as a major tourism destination which welcomes mass incursions by visitors from far beyond its borders.  ERIK NILSSON/CHINA DAILY
The six-century-old town of Qingyan on the outskirts of Guiyang, Guizhou province, is a small military outpost that today serves as a major tourism destination which welcomes mass incursions by visitors from far beyond its borders.  ERIK NILSSON/CHINA DAILY

Sebuah pos militer pada era Dinasti Ming (1368-1644) yang berada di area pedesaan Guizhou mungkin bukan lokasi pertempuran virtual antara tank 4D melawan tengkorak terbang, buaya, dan ular kobra yang dihasilkan virtual reality. Atau, Anda juga mungkin sulit menyaksikan instalasi seni yang meniru luar angkasa dengan berbagai warna dan bentuk pada ruangan yang dilengkapi cermin pada dinding, plafon, dan lantai, membangkitkan galaksi yang tanpa batas.

Anda bahkan dapat berjalan di bawah "benda-benda langit", serta menyaksikan miniatur galaksi di Starry Sky Art Museum.

Namun, wisatawan yang mengunjungi kota tua Qingyan di Guiyang, ibu kota provinsi Guizhou, akan menemukan permukiman berskala kecil yang telah berusia berabad-abad ternyata menawarkan berbagai kegiatan dengan teknologi digital. Sederet aktivitas ini menarik minat banyak orang.

Di sisi lain, kawasan berusia enam abad yang jalanannya menggunakan batu andesit ini, masih melestarikan tradisi dari era-era sebelumnya.

Seniman etnis Miao membuat teko perak, gelang, dan mangkuk di sudut-sudut jalan Qingyan.

Sejumlah restoran turut menghidangkan sajian lokal, seperti bakso tahu khas etnis Miao, sup kaki babi, rice jelly, serta tahu Qingyan, dibumbui sari red bayberry.

Wisatawan dapat menyusuri rumah-rumah kuno milik pejabat militer dan kuil-kuil Konfusius dan Wenchang--dewa sastra--serta berdiri di dinding kota yang memiliki pagar pembatas dan meriam. Qingyan, selama beberapa periode, dihuni pemeluk agama Tao, Buddha, Katolik, dan Protestan. Kini, Qingyan memiliki enam biara, delapan kuil, lima paviliun, serta dua ancestral hall yang menjadi saksi perkembangan kota ini sejak pertama kali dibangun pada 1378.

Garnisun tersebut terus menjalankan misi militer hingga abad ke-20.

Bahkan, benteng militer ini berperan penting memadamkan dua pemberontakan besar pada era Dinasti Ming, tepatnya pada 1458 dan 1622, serta Pemberontakan Taiping pada era Dinasti Qing (1644-1911); turut mendukung revolusi melawan kaisar terakhir Tiongkok yang mengakhiri feodalisme di Tiongkok; serta, pada Perang Kemerdekaan (1946-49), garnisun ini menjadi target jebakan Tentara Merah yang mengelak serangan ke Guiyang lalu mengubah rute ke Yunnan.

Zhao Ancestral Hall memamerkan berbagai senjata, peralatan, patung lilin, serta foto pertempuran di Qingyan selama berabad-abad.

Replika kapal perang kuno dalam ukuran sebenarnya berada di kolam lotus yang terletak di luar dinding kota Qingyan. Hal ini mengingatkan wisatawan akan warisan militer yang sulit terlupakan keturunan tentara yang bermukim di kota tersebut.


Penulis : Adityawarman