Survei FICO: Indonesia Terus Fokus untuk Atasi Pencurian Identitas


di Tengah Meningkatnya Risiko Pembayaran Real-Time

Sebanyak 36% penduduk Indonesia khawatir terhadap penipu yang menggunakan identitas mereka untuk membuka rekening keuangan

Jakarta, Indonesia--(ANTARA/Business Wire)-- (NYSE: FICO)

Sorotan

  • Kekhawatiran akan pencurian identitas masih terus berlanjut, dengan 36% penduduk Indonesia merasa khawatir terhadap penipu yang membuka rekening
  • Terdapat kesenjangan yang nyata karena hampir 45% penduduk Indonesia justru percaya bahwa kecil kemungkinannya mereka telah menjadi korban pencurian identitas
  • Penipuan pembayaran real-time sedang meningkat, dengan 64% penduduk Indonesia menerima komunikasi penipuan
  • Perlindungan terhadap penipuan adalah hal yang terpenting, dengan kemudahan penggunaan dan peringkat penanggulangan penipuan yang baik sebagai pertimbangan utama dalam memilih penyedia jasa keuangan

FICO, sebuah perusahaan perangkat lunak analitik global terkemuka, hari ini meluncurkan riset penipuan konsumen global terbarunya, yang menyoroti kekhawatiran penduduk Indonesia terhadap pencurian identitas di tengah meningkatnya risiko yang ditimbulkan oleh pembayaran real-time. Studi ini mengungkapkan bahwa pencurian identitas (36%) masih menjadi kekhawatiran utama penduduk Indonesia, yang membuat individu mengalami berbagai risiko, termasuk kerugian finansial, nilai kredit yang buruk, dan proses pemulihan integritas keuangan yang sulit.

Sebaliknya, kekhawatiran terhadap penipuan "authorized push payment" kurang terlihat di Indonesia dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya dan India. Berdasarkan riset ini, hanya 28% responden di Indonesia menyatakan kekhawatirannya terhadap penipuan "authorized push payment", jauh lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata penduduk Asia sebanyak 33%.

Informasi selengkapnya: https://www.fico.com/en/latest-thinking/ebook/consumer-survey-2023-digital-banking-customer-preferences-and-fraud-controls

“Perbedaan ini muncul karena mekanisme pembayaran real-time diperkenalkan di Indonesia belum lama ini, yaitu baru pada bulan Januari 2022, sehingga konsumen Indonesia belum banyak terpapar pada penipuan semacam ini, tidak seperti konsumen di wilayah lain yang sudah lebih awal menerapkan pembayaran real-time,” kata C K Leo. pimpinan FICO untuk bidang penipuan, keamanan, dan kejahatan finansial di Asia Pasifik. “Namun, seiring dengan pesatnya penggunaan pembayaran real-time, terdapat peningkatan risiko penipuan "authorized push payment", sehingga menegaskan pentingnya lembaga keuangan dalam menerapkan langkah-langkah deteksi dan pencegahan penipuan yang efektif dengan cepat.”

Persepsi vs. Realitas

Meskipun ada kekhawatiran luas mengenai pencurian identitas, terdapat kesenjangan yang nyata antara persepsi dan realitas di kalangan penduduk Indonesia. Sekitar 45% responden percaya bahwa kecil kemungkinannya mereka telah menjadi korban, sedangkan 21% dari mereka berpendapat bahwa hal tersebut mungkin terjadi, dan 16% lainnya yakin bahwa identitas mereka masih belum tersentuh.

Selain itu, hanya 3% responden di Indonesia yang melaporkan bahwa identitas mereka yang telah dicuri digunakan untuk membuka rekening keuangan, turun dari hampir 10% pada tahun 2022. Namun, mengingat populasi orang dewasa di Indonesia, angka 3% ini berarti lebih dari 6 juta orang. Menariknya, angka ini jauh lebih tinggi di negara-negara lain yang disurvei, dengan 13% penduduk India dan 12% penduduk Thailand mengatakan bahwa identitas mereka telah dicuri dan digunakan untuk membuka rekening oleh penipu.

“Meskipun sebagian orang mungkin meremehkan risiko pencurian identitas di Indonesia, ada jutaan penduduk yang masih rentan,” tambah Leo. “Hal ini menekankan perlunya peningkatan kesadaran dan tindakan proaktif. Dengan menghapus sekat-sekat pemisah dan mengintegrasikan proses verifikasi identitas dan deteksi penipuan, kita dapat menyederhanakan proses permohonan dan meningkatkan kepercayaan terhadap nasabah yang sah.”

Penipuan Pembayaran Real-Time: Kekhawatiran yang Tengah Berkembang

Seiring insiden penipuan terus meningkat, riset FICO pada tahun lalu telah mengungkap tren negatif mengenai penipuan "authorized push payment" (APP) dan pembayaran real-time di Indonesia. Sebanyak 64% penduduk Indonesia pernah menerima pesan teks, email, panggilan telepon, atau informasi lain yang tidak diinginkan yang mereka yakini sebagai bagian dari penipuan, sedangkan 49% responden menyatakan bahwa teman atau anggota keluarga mereka telah menjadi korban penipuan.

Yang mengejutkan, 17% responden menyatakan bahwa mereka pernah mengirimkan pembayaran real-time untuk investasi, barang, atau layanan yang tidak mereka terima. Selain itu, 71% dari mereka yang menjadi korban pembayaran penipuan melalui pembayaran real-time mengalami kerugian hingga 5 juta rupiah, sedangkan 4% lainnya mengalami kerugian hingga 100 juta rupiah. Meskipun angka-angka ini sudah mengkhawatirkan, hanya 19% responden yang melaporkan kerugian nyata atau dugaan kerugian kepada bank mereka.

“Bank kini menghadapi momen penting untuk berinvestasi dalam solusi mutakhir dalam mengatasi lonjakan penipuan, terutama dengan pesatnya penggunaan pembayaran real-time di lanskap keuangan Asia Pasifik,” kata Leo. “Karena transaksi ini tidak dapat dibatalkan, ancaman kriminal baru pun bermunculan. Dengan mengintegrasikan analisis dan penilaian khusus penipuan ke dalam transaksi, serta kemampuan pengambilan keputusan yang andal di sepanjang proses nasabah, bank dapat mendeteksi dan menggagalkan pembayaran penipuan sejak dini, sehingga nasabah terhindar dari kerugian finansial. Selain itu, meskipun sebagian konsumen mungkin mengabaikan peringatan yang mereka terima, sebagian besar di antaranya akan mematuhi peringatan dan menahan diri untuk melakukan pembayaran real-time jika diperingatkan tentang adanya potensi penipuan.”

Penduduk Indonesia Mengutamakan Penanggulangan Penipuan yang Efektif

Ketika ditanya tentang pertimbangan terpenting yang dimiliki responden saat memilih penyedia baru untuk rekening keuangan, kemudahan penggunaan dan penanggulangan penipuan yang efektif adalah dua pertimbangan terpenting. Keduanya dianggap jauh lebih penting daripada layanan pelanggan yang baik, kebijakan antipencucian uang yang ketat, kebijakan ramah lingkungan/pelestarian yang efektif, penggunaan data pelanggan yang etis, perilaku adil, dan nilai yang sepadan dengan biaya.

Bahkan di Indonesia, yang penduduknya cenderung kurang menganggap penting penanggulangan penipuan, 63% di antaranya menempatkan penanggulangan penipuan yang efektif dalam tiga pertimbangan teratas.

Survei ini dilakukan pada bulan November 2023 oleh perusahaan riset independen yang mengikuti standar industri riset. 1.000 orang dewasa di Indonesia disurvei, bersama dengan sekitar 12.000 konsumen lainnya di Kanada, AS, Brasil, Kolombia, Meksiko, India, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Inggris, dan Spanyol.

Pengumuman ini dianggap sah dan berwenang hanya dalam versi bahasa aslinya. Terjemahan-terjemahan disediakan hanya sebagai alat bantu, dan harus dengan penunjukan ke bahasa asli teksnya, yang adalah satu-satunya versi yang dimaksudkan untuk mempunyai kekuatan hukum.

Kontak

Lizzy Li

RICE untuk FICO

+65 9034 7768

lizzy.li@ricecomms.com

Saxon Shirley

FICO

+65 9171 0965

saxonshirley@fico.com

Sumber: FICO


Penulis : Adityawarman