Pupuk Indonesia Optimis Jadi Pemain Utama Amonia di Asia


Jakarta - PT Pupuk Indonesia (Persero) optimistis dapat menjadi menjadi pemain utama untuk produser blue ammonia dan green ammonia di Asia.

Direktur Utama Pupuk Indonesia Bakir Pasaman mengatakan volume perdagangan ammonia untuk saat ini mencapai 21 juta ton di seluruh dunia. Namun, pada 2030 volume perdagangan ammonia untuk sumber energi diprediksi mencapai 30 juta ton.

“Jadi seluruh dunia mulai memikirkan untuk memproduksi, baik green maupun blue ammonia,” dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (25/8).

Selain berpotensi menjadi pemain utama di Asia, pengembangan blue dan green ammonia sebagai sumber energi ramah lingkungan, juga menjadi salah satu upaya perusahaan untuk mendukung target penurunan emisi karbon.

Untuk mewujudkan hal tersebut terang Bakir, Pupuk Indonesia sudah melakukan berbagai macam kerja sama, selain juga telah memiliki peta jalan atau roadmap, yang terdiri dari tiga tahap.

Pertama, tahap jangka pendek pada tahun 2023-2030. Pada tahap ini perseroan mulai memanfaatkan sumber energi terbarukan, sekaligus mengurangi emisi.

Adapun sumber energi tersebut berasal dari hydropower yang diperoleh dari PLN.

Sumber energi ini mulai menggantikan pemakaian minyak atau gas bumi sebagai sumber pembangkit listrik pada pabrik pupuk.

“Itu sudah ada di pabrik Pupuk Kujang dan Petrokimia Gresik. Tahun depan akan diterapkan mulai dari Pusri Palembang, Pupuk Kaltim, dan Pupuk Iskandar Muda. Ini yang bisa kita lakukan dalam short term,” urainya.

Selain itu, Pupuk Indonesia juga akan melakukan revamping atau pengembangan pabrik pupuk untuk meningkatkan efisiensi energi dan penurunan emisi karbon, serta pengembangan green ammonia dengan memanfaatkan pabrik eksisting.

Tidak hanya itu, emisi kabron juga akan dimanfaatkan untuk pengembangan produk Soda Ash yang bermanfaat sebagai bahan baku bagi industri kaca, keramik, dan sebagainya.

“Kita coba memulai menghilangkan CO2 dengan mengkonversi ke dalam bentuk lain, misalnya soda ash yang bahan bakunya itu adalah carbon dioxide, ini bisa kita konversi menjadi soda ash dan bisa mengurangi emisi CO2, dan kita mengurangi energi yang berlebihan sehingga karbon yang dibuang menjadi lebih sedikit,” jelasnya.

Selanjutnya, pada jangka menengah, yaitu pada periode 2030-2040. Pada tahap ini, Pupuk Indonesia mulai mengembangkan blue ammonia. Adapun karbon yang terbentuk dari proses produksi ammonia ini dapat diinjeksikan ke dalam tanah melalui Carbon Capture Storage (CCS).

"Injeksi karbon ini akan lebih efisien jika dilakukan pada reservoir sumur minyak ataupun gas tua di Indonesia. Pupuk Indonesia sudah melakukan studi dengan sejumlah perusahaan dari Jepang untuk hal tersebut," tegasnya.

Strategi yang ketiga dilakukan pada periode 2040-2050 atau jangka panjang, Bakir mengungkapkan bahwa Pupuk Indonesia grup akan melakukan pengembangan pabrik baru green ammonia dengan skala komersil yang diproduksi menggunakan sumber energi terbaru seperti pembangkit tenaga air atau hydro power dan geothermal demi mewujudkan industri ramah lingkungan.


Editor : Irwen

Editor : Widya