Di Tengah Pandemi, Summarecon Lampaui Target Penjualan


Jakarta - PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) sepanjang 2020 membukukan pra-penjualan pemasaran sebesar Rp3,3 triliun atau melampaui revisi target yang ditetapkan oleh perseroan yaitu senilai Rp2,5 triliun.

Presiden Direktur PT Summarecon Agung Tbk Adrianto P Adhi mengatakan langkah tersebut seiring penerapan strategi dan tata kelola perusahaan yang baik, inovasi dan konsistensi dalam menjaga kualitas produk juga komitmennya kepada pelanggan.

“Dengan dukungan penuh dari pemerintah melalui berbagai kebijakan dan stimulus, industri properti Indonesia semakin optimis dan di proyeksikan akan terus berkembang, dan ini akan mendorong pulihnya perekonomian nasional sejalan dengan program percepatan vaksinasi demi segera tercapainya Herd Immunity," dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.

Kinerja perseroan yang cukup baik pada 2020 juga turut dipicu oleh kebutuhan masyarakat akan properti untuk tempat tinggal maupun usaha yang terus meningkat.

"Daya beli masyarakat yang terdampak pandemi dapat tertanggulangi dengan penawaran skema pembayaran yang cukup bersahabat dan tingkat suku bunga kredit yang relatif rendah. Hal itu membuat properti semakin mudah dijangkau oleh masyarakat luas," terangnya.

Dalam laporan keuangan 2020, perseroan mencatat total pendapatan sebesar Rp5 triliun. Usaha pengembangan properti masih menyumbangkan pendapatan tertinggi dengan pendapatan operasional sebesar Rp3,7 triliun atau berkontribusi 73% dari total pendapatan dan laba usaha sebesar Rp1,23 triliun atau berkontribusi sebesar 96% dari total laba usaha perusahaan sebesar Rp1,27 triliun.

Penjualan masih di dominasi oleh produk hunian baik landed maupun vertikal sebanyak 79%, disamping penjualan komersial dan produk lainya.

Pra penjualan pemasaran tersebut berasal dari tujuh lokasi Summarecon yaitu Kelapa Gading, Serpong, Bekasi, Bandung, Karawang, Makassar, dan Bogor.

Sementara itu, penerapan Pembatasa Sosial Berskala Besar (PSBB) saat itu dan protokol kesehatan keselamatan telah mengakibatkan sebagian besar operasi bisnis di sektor pusat perbelanjaan, hotel dan klub komunitas ditangguhkan dan ditutup. Hal itu mengurangi sumber pendapatan.

Unit usaha investasi dan pengelolaan properti mencatat pendapatan sebesar Rp894 miliar, turun Rp705 miliar atau 44% dibandingkan pendapatan tahun lalu sebesar Rp1,5 triliun.

Unit usaha tersebut memberikan kontribusi sebesar 18 persen dari total pendapatan perseroan, dimana 91 persen di antaranya berasal dari bisnis mal dan ritel.

Secara geografis, Kelapa Gading masih menjadi kontributor tertinggi dengan 48% pendapatan segmen diikuti oleh Serpong (32%) dan Bekasi (19%).

Sedangkan segmen usaha lainnya meliputi hotel, klub rekreasi masyarakat, pengelolaan township dan berbagai fasilitas lainnya untuk mendukung dan melengkapi kerja terpadu sebuah township. Pendapatan dari bisnis tersebut turun 36 persen menjadi Rp466 miliar.


Editor : Irwen