PGEO Targetkan Peningkatan Kapasitas Terpasang Kelola Panas Bumi Hingga 1 GW


Tangerang - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) terus melakukan ekspansi dalam mengelola potensi panas bumi menjadi prioritas utama dalam dua tahun ke depan.

Direktur Utama PGEO Julfi Hadi menjelaskan dengan kekuatan yang ditopang dari 13 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) dan satu Wilayah Kerja Penugasan, dengan kapasitas terpasang sebesar 1.877 megawatt (MW). Sebanyak 672 MW dikelola langsung dan 1.205 MW melalui operasi bersama (join operation contract).

"Perseroan menargetkan dapat meningkatkan kapasitas terpasang yang dikelola secara langsung menjadi 1 gigawatt (GW), dimana dari 672 MW kapasitas terpasang, PGE akan menambah 340 MW dalam dua tahun mendatang," dikutip dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (20/7).

Dijelaskan, penambahan 340 MW akan didapatkan dari proyek-proyek yang sudah siap dieksekusi seperti Hulu Lais (unit 1 dan 2) sebesar 110 MW, Lumut Balai (unit 2) sebesar 55 MW serta optimalisasi teknologi binary di area-area existing seperti Hululais, Lumut Balai, Ulubelu dan Lahendong.

“Untuk mencapai target 1 GW, PGEO mengimplementasikan strategi quick wins melalui optimalisasi pemanfaatan teknologi binary (co-generation) serta pemanfaatan electrical submersible pump (ESP),” ungkapnya.

Menurut Julfi, Pulau Sumatra dan Jawa memiliki potensi sumber daya panas bumi sebesar ~17,4 GW.

"Sebagai pulau yang paling banyak memiliki industri di Indonesia, panas bumi memiliki potensi untuk menjadi sumber daya utama baseload hijau untuk sektor industri. Melihat potensi yang besar, perseroan berkomitmen memaksimalkan potensi tersebut serta akan mengeksplorasi wilayah lainnya,” ujar Julfi.

Lebih lanjut, secara garis besar dalam pengembangan potensi geothermal di Indonesia ini PGEO memiliki dua tantangan yaitu secara komersial dan teknologi.

Namun, tantangan pengembangan panas bumi tersebut, kata dia, sudah berhasil dihadapi dengan baik oleh perseroan melalui maksimalisasi peluang komersial dan optimalisasi teknologi.

Untuk mengoptimalkan peluang komersial tersebut, PGEO mengembangkan produksi green hydrogen, serta produksi green methanol. Selanjutnya lagi adalah optimalisasi pemanfaatan sumber geothermal selain dari listrik, misalnya dari steam dan brine untuk pemanas, geotourism, pengering untuk keperluan agrikultur, ekstraksi silika, meningkatkan interkoneksi antara lokasi produksi geothermal dan secondary product di Pulau Sumatera.

“Semua rencana yang sudah disiapkan PGE ini merupakan bentuk dukungan terhadap roadmap pemerintah dalam meningkatkan peran energi terbarukan dalam bauran energi nasional, yaitu menjadikan Indonesia sebagai salah satu pemimpin kapasitas panas bumi di dunia dengan kontribusi sebesar 28% dalam rangka mencapai emisi nol bersih (net zero emission),” ujarnya.

Sementara itu sepanjang gelaran Indonesia EBTKE Conference and Exhibition (ConEx) 2023, PGEO menyiapkan sejumlah kerjasama strategis dengan beberapa pihak untuk dapat mendukung peningkatan produksi, ekspansi bisnis, serta tentunya pengembangan potensi panas bumi di Indonesia.

“Ke depan, kami juga mengupayakan untuk bermitra dengan mitra-mita strategis internasional yang memiliki visi yang sejalan dengan perseroan untuk mengembangkan potensi panas bumi guna memberikan akses ke energi bersih yang andal dan terjangkau untuk terus memajukan PGEO serta industri EBT Tanah Air,” tegasnya.


Penulis : Irwen