Perekonomian Indonesia miliki ketahanan kuat di tengah tekanan global


Jakarta - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Doni Primanto Joewono mengatakan perekonomian Indonesia berketahanan kuat di tengah tekanan global, salah satunya ditunjukkan dengan inflasi yang tetap terjaga dalam kisaran sasaran.

"Tentunya kita patut bersyukur di tengah tekanan global, perekonomian Indonesia menunjukkan ketahanan yang kuat," kata Doni di Jakarta, Rabu (27/3).

Ia menuturkan momentum pemulihan ekonomi global terus berlanjut meskipun masih dibayangi oleh fragmentasi politik dan ketidakpastian. Hal itu memicu masih berlanjutnya gangguan pada sisi suplai yang menyebabkan inflasi di berbagai negara masih berada di atas perkiraan pasar.

Di tengah kondisi global tersebut, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Februari 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,5 plus minus satu persen karena konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antar pihak.

Inflasi IHK Februari 2024 tercatat sebesar 2,75 persen year on year (yoy) ditopang oleh inflasi inti yang rendah sebesar 1,8 persen yoy, dan inflasi administered prices yang menurun menjadi 1,67 persen yoy.

Namun di sisi lain, inflasi volatile food masih menunjukkan peningkatan dan menjadi 8,47 persen yoy. Hal ini juga sebagai akibat dampak fenomena El Nino, faktor musiman dan pergeseran musim tanam yang terutama terjadi pada komoditas beras dan cabe merah.

Ke depan, Bank Indonesia meyakini bahwa inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) 2024 tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2,5 plus minus satu persen, dan inflasi inti diperkirakan terjaga.

Inflasi dapat terjaga seiring dengan ekspektasi inflasi yang terjangkar dalam sasaran, kapasitas perekonomian yang masih besar dan dapat merespons permintaan domestik, imported inflation yang rendah sejalan dengan stabilnya nilai tukar, serta dampak positif faktor struktural terkait berkembangnya digitalisasi.

Di samping itu, pemerintah terus melakukan langkah-langkah strategis untuk mengendalikan inflasi pada 2024, antara lain menjaga ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi pangan untuk memitigasi risiko jangka pendek, termasuk mengantisipasi pergeseran musim panen dan peningkatan permintaan menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional seperti Ramadhan dan Idul Fitri.

Pemerintah juga memperkuat ketahanan pangan melalui upaya peningkatan produktivitas dan hilirisasi pangan, serta memperkuat ketersediaan data pasokan pangan untuk mendukung perumusan kebijakan pengendalian inflasi. (ANT)


Penulis : Indra

Editor : Irwen