Pemulihan Ekonomi Indonesia Dinilai Semakin Meningkat di 2022


Jakarta - Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta menilai pemulihan ekonomi Indonesia diproyeksikan semakin progresif menyongsong era normalisasi perekonomian global pada 2022.

"Hal ini seiring Kementerian Keuangan memproyeksikan prospek pertumbuhan ekonomi sepanjang 2021 akan berkisar pada 3,5%-4,0%. Sementara itu, pemerintah, Bank Indonesia dan Badan Anggaran DPR RI menyepakati pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2022 sebesar 5,2%," katanya di Jakarta, Kamis (9/12).

Menurut Nafan, fundamental makro ekonomi indonesia masih tetap kuat, bahkan lembaga pemeringkat global Fitch Ratings kembali mempertahankan Sovereign Credit Rating Indonesia pada peringkat BBB (investment grade) dengan prospek stabil.

"Membaiknya permintaan domestik ini menyebabkan tingkat inflasi Indonesia berada pada posisi relatif stabil dan terkendali, dengan realisasi inflasi dan inflasi inti per November 2021 menjadi 1,75% dan 1,44% secara tahunan (year-over-year),
naik dari 1,66% dan 1,33% yoy pada Oktober 2021 lalu," katanya di Jakarta, Kamis (9/12).  

Di sisi lain, Indeks Keyakinan Konsumen per November 2021 semakin berada di level optimistis pada angka 118,5.

“Angka tersebut merefleksikan terjadinya peningkatan aktivitas ekonomi dan penghasilan masyarakat secara signifikan,” terangnya.

Lebih lanjut, Bank Indonesia mencatat cadangan devisa Indonesia per November 2021 mencapai US$145,9 miliar, naik US$40 miliar dibandingkan cadangan devisa bulan Oktober lalu.

"Kenaikan cadangan devisa ini menjadi landasan kuat untuk menjaga stabilitas makroekonomi, sistem keuangan, serta mendukung upaya pemulihan ekonomi nasional secara berkelanjutan," tuturnya.  

Seiring meningkatnya permintaan dari negara-negara mitra dagang utama dan kenaikan harga komoditas dunia, pada kuartal III-2021 Indonesia juga berhasil mencatatkan surplus neraca pembayaran sebesar US$10,69 miliar, setelah sebelumnya pada kuartal II-2021 mengalami defisit sebesar US$450 juta.

Adapun secara global, pemulihan ekonomi masih berlanjut seiring dengan ekspansifnya kinerja PMI Manufaktur Global selama 17 bulan berturut-turut dengan angka indeks 54,1 per November 2021.

Indonesia juga mencatatkan kinerja PMI Manufaktur yang ekspansif per November 2021 ini pada angka 53,9, meski turun dari angka sebelumnya 57,2. Angka tersebut masih lebih tinggi dibandingkan kinerja PMI Manufaktur negara-negara anggota ASEAN lainnya.

"Ini menandakan aktivitas perekonomian domestik masih berjalan dengan baik seiring dengan pelonggaran kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM)," ujarnya. 

Pelaku pasar terus mencermati dinamika perkembangan varian baru COVID-19, Omicron yang dikategorikan WHO sebagai variant of concern (VoC), sikap hawkish The Fed terkait kebijakan tapering, disrupsi rantai pasokan yang memengaruhi kenaikan inflasi global, maupun dinamika kebijakan pagu utang Amerika Serikat.

 


Penulis : Irwen