Menanti Rekor IHSG di Tengah Gejolak Pasar Global


Jakarta - Invasi militer Rusia terhadap Ukraina telah memasuki pekan kedua sejak Rusia meluncurkan serangan pada 24 Februari lalu, yang berdampak terjadinya lonjakan harga komoditas dunia secara signifikan mengingat Rusia adalah produsen komoditas-komoditas utama seperti minyak, gas alam, nikel, gandum dan minyak biji bunga matahari. 

Batubara, tembaga, dan palladium juga mencapai harga tertinggi sepanjang masa, dengan minyak dan nikel menyentuh level tertinggi dalam lebih dari 10 tahun terakhir. 

Kondisi tersebut membuat para pelaku pasar mengkhawatirkan terjadinya potensi stagflasi yang berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi global. Bahkan, negara-negara perekonomian maju seperti Amerika Serikat, Inggris dan zona Eropa telah mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi sejak kuartal III-2021 lalu.

“Tetapi Indonesia justru akan mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga batu bara, nikel, dan CPO mengingat terdapat potensi peningkatan capital inflow," kata Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia
Nafan Aji Gusta dikutip dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (11/3)

Menurut Nafan, kebijakan pengetatan dari Federal Reserve (The Fed) yang tidak terlalu agresif mulai bulan ini tidak akan terlalu berdampak pada terjadinya capital outflow. Hal ini karena kinerja fundamental makro ekonomi Indonesia yang cenderung solid.

Data makro ekonomi Indonesia menunjukkan bahwa tingkat inflasi di tanah air masih terkendali, surplusnya kinerja neraca perdagangan, neraca pembayaran, maupun transaksi berjalan, serta proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada akhir tahun ini secara umum masih cenderung membentuk pola V-shape. 

Pertumbuhan PDB Indonesia pada kuartal I-2022 diproyeksikan berada pada 4,87%, sementara untuk prospek pertumbuhan ekonomi 2022 diproyeksikan berada pada 5%. 

Adapun inflasi tahunan Indonesia tercatat 2,06% (yoy) selama bulan Februari 2022, IHSG terus memecahkan rekor tertinggi terbaru. 

"Walaupun angka COVID-19 sempat mencapai puncak pada pertengahan Februari, namun tidak menghalangi investor asing untuk terus memburu saham-saham di bursa Indonesia, terutama saham perbankan. Net buy asing di bulan Februari tercatat sebesar Rp 16,1 triliun, dan IHSG tercatat menguat 3,9% MoM," ungkapnya.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Martha Christina menambahkan momentum kenaikan IHSG diperkirakan terus berlanjut di bulan Maret di tengah memanasnya situasi geopolitik di kawasan Eropa Timur dan rencana penaikan suku bunga The Fed.

IHSG diproyeksikan mampu menembus level 7.000 ditopang lonjakan harga komoditas sebagai imbas sanksi yang diterima Rusia dan musim laporan keuangan tahun 2021 yang akan mencapai puncaknya pada bulan ini.

“Untuk bulan Maret, kami mempertahankan rekomendasi pada dua sektor yaitu perbankan dan pertambangan batu bara. Kami juga menambahkan dua sektor lain yaitu pertambangan logam dan perkebunan. Dengan emiten pilihan BBCA, BBRI, BMRI, BBNI, ITMG, PTBA, ADRO, ADMR, ANTM, INCO, AALI dan LSIP,” ujarnya. 

Penguatan harga komoditas terutama batubara, nikel dan CPO membuat sahamnya menarik untuk dicermati karena menjanjikan kinerja yang bagus di kuartal pertama tahun ini. 

Sementara itu saham perbankan akan tetap menjadi penopang IHSG didukung ekspektasi penyaluran kredit serta raihan laba yang tetap bertumbuh di tahun ini.

Berdasarkan Research Report Mirae Asset Sekuritas Indonesia yang dipublikasikan pada Desember 2021, target IHSG di akhir tahun 2022 di level 7600, yang artinya ada potensi penaikan 15,5% secara tahunan. 

"Target IHSG berdasarkan asumsi pertumbuhan laba bersih sebesar 18% yoy untuk tahun 2022 dan 10% yoy untuk tahun 2023," tegasnya.


Penulis : Irwen