IHSG: IHSG anjlok, perlu kebijakan pemerintah yang kurangi uncertainty


Jakarta (ANTARA) - Ekonom dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI Teuku Riefky memandang, pemerintah perlu membuat kebijakan yang dapat mengurangi ketidakpastian dan mendorong peningkatan kepercayaan investor, merespons penurunan tajam IHSG sehingga BEI memberlakukan trading halt pada perdagangan Selasa.

“Ini memang perlu diantisipasi oleh pemerintah adalah dengan mengurangi uncertainty (ketidakpastian) kebijakan di dalam negeri dan memang mendorong kebijakan-kebijakan yang membuat trust investor ini meningkat, seperti kepastian hukum, kepastian kebijakan, dan semacamnya,” kata Riefky saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Selasa.

Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa melakukan pembekuan sementara perdagangan (trading halt) sistem perdagangan pada pukul 11:19:31 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS).

Pembekuan perdagangan dipicu oleh penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencapai lebih dari 5 persen.

Pada penutupan perdagangan sesi I, Selasa (18/03), IHSG tercatat ditutup melemah 395,87 poin atau 6,12 persen ke posisi 6.076,08. Sementara itu, indeks LQ45 tercatat turun 38,27 poin atau 5,25 persen ke posisi 691,08.

Riefky menilai, trading halt ini tampaknya turut didorong oleh faktor ketidakpercayaan investor terhadap kondisi Indonesia, seperti kondisi fiskal dan ketidakpastian kebijakan lainnya. Hal ini juga banyak menimbulkan penurunan kepercayaan dari masyarakat.

Selain itu, ia juga mengamini bahwa faktor global yang masih berlangsung turut mendorong penurunan IHSG, termasuk faktor menjelang pengumuman hasil rapat gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed​​​​​​.

“Jadi, hal-hal seperti ini yang kemudian membuat banyak terjadinya capital outflow dari Indonesia,” kata Riefky.

Sebelumnya, Direktur BEI Iman Rachman menyampaikan bahwa volatilitas IHSG lebih disebabkan oleh berbagai faktor dari tingkat global.

Menurutnya, kebijakan tarif AS terhadap negara mitra dagangnya telah menyebabkan dampak negatif ke berbagai negara berkembang, termasuk Indonesia. Iman juga menjelaskan bahwa volatilitas IHSG lebih disebabkan oleh berbagai akumulasi sentimen, tidak hanya berasal dari tingkat domestik.

 

 

 

 

 


Editor : Dirgantara