Laba BTN Syariah melonjak 110,5 persen


Jakarta - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk melalui Unit Usaha Syariah (UUS) BTN atau BTN Syariah membukukan laba bersih sepanjang 2023 mencapai Rp702,3 miliar atau melonjak 110,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

"Tren permintaan KPR Syariah yang terus meningkat menjadi berkah tersendiri untuk BTN Syariah," kata Direktur Utama BTN Nixon L.P Napitupulu dalam keterangan resmi dikutip, Kamis.

Nixon menambahkan lonjakan bisnis BTN Syariah dipicu oleh tren di masyarakat yang menginginkan pembiayaan rumah dengan akad syariah. 

"Permintaan tertinggi terjadi di sejumlah daerah dengan populasi muslim terbesar seperti di Provinsi Aceh, Jawa Barat, Sumatera Barat hingga Nusa Tenggara Barat (NTB)," kata dia. 

Selain itu, KPR syariah diminati karena skema pembiayaannya memberikan rasa tenang dan nyaman pada nasabah. 

Pada KPR syariah, imbal hasil maupun besaran angsuran sudah ditetapkan sejak awal dan berlangsung sepanjang periode perjanjian. Maka itu, skema ini dinilai bisa melindungi nasabah dari risiko fluktuasi suku bunga yang dapat berubah mengikuti kondisi makro ekonomi.    

Adapun hingga akhir 2023 BTN Syariah mencatatkan nilai pembiayaan mencapai Rp37,1 triliun, meningkat 17,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp31,6 triliun. 

Pencapaian ini berdampak signifikan pada kenaikan nilai aset 19,79 persen menjadi Rp54,3 triliun pada akhir 2023 dari Rp45,3 triliun pada posisi yang sama tahun sebelumnya. 

Dari total pembiayaan yang disalurkan BTN Syariah, porsi KPR menyumbang 98 persen atau senilai Rp36,6 triliun per akhir Desember 2023. 

Produk KPR syariah bersubsidi berkontribusi Rp22,9 triliun atau sebanyak 61 persen, sedangkan KPR non subsidi menyumbang Rp11,6 triliun atau mencapai 31,3 persen.    

Nilai pembiayaan yang melonjak tinggi ini berhasil diimbangi dengan kenaikan dana pihak ketiga (DPK). Sepanjang 2023 lalu, BTN syariah mengumpulkan DPK senilai Rp41,8 triliun, melesat 41,8% dibandingkan tahun sebelumnya. 
Menariknya, separuh dari total DPK ini berupa dana murah (current account saving account/CASA) atau senilai Rp20,9 triliun. 

“Rasio CASA terus kami tingkatkan selama lima tahun terakhir, dari hanya 37 persen pada 2019 menjadi 50 persen pada 2023. Dampak positifnya, rasio biaya dana (cost of fund) berhasil kami tekan dari 6,25 persen menjadi 3,72 persen pada kurun waktu yang sama. Artinya, kami bukan hanya menjadi lebih kompetitif juga semakin sehat,” ujar Nixon.


Penulis : Indra

Editor : Irwen