Bank Mandiri Optimistis Ekonomi dan Kredit Membaik di Kuartal II


Bank Mandiri Group meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia telah menunjukkan tren perbaikan memasuki kuartal II tahun ini.

Perbaikan tersebut tercermin dari tingkat kepercayaan masyarakat yang mulai pulih pada Maret-April 2021 yang dipengaruhi beberapa faktor antara lain menurunnya jumlah kasus COVID-19 harian serta perkembangan proses vaksinasi.

Direktur Treasury and International Banking Bank Mandiri Panji Irawan mengatakan indeks keyakinan konsumen pada April 2021 untuk pertama kalinya dalam satu tahun terakhir menunjukkan ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi sudah optimistis.

“Hal itu pula yang memicu terjadinya peningkatan belanja konsumen terutama pada periode menjelang perayaan Libur Lebaran 2021,” katanya di Jakarta, Rabu (19/5).

Di samping itu, kebijakan moneter juga masih akomodatif dalam mendukung percepatan pemulihan ekonomi nasional.

Bank Indonesia (BI) juga telah menurunkan suku bunga acuan BI 7-day reverse repo rate (7DRR) ke level terendah sepanjang sejarah 3,5% untuk memicu pemulihan ekonomi.

Berbagai kebijakan stimulus fiskal, moneter dan makroprudensial juga telah dilakukan seperti pembebasan PPn di sektor otomotif, pelonggaran aturan Loan to Value Ratio (LTV) bagi perbankan untuk memacu pertumbuhan kredit.

Lebih lanjut, digitalisasi sektor pembayaran juga terus ditingkatkan untuk menunjang pola hidup kenormalan baru yang sangat bergantung pada sistem dan transaksi online.

Melihat pertumbuhan yang semakin optimis, Panji menilai intermediasi perbankan akan membaik di tahun ini sejalan dengan pemulihan ekonomi nasional.

"Dengan asumsi pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 4,4%, kami melihat pertumbuhan kredit akan membaik sekitar 5%," tuturnya.

Sementara Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro mengungkapkan pemulihan ekonomi sektoral juga sudah terlihat membaik.

“Beberapa sektor mulai terlihat pulih lebih cepat, yaitu terkait kebutuhan pokok baik produksi, distribusi dan perdagangannya seperti industi makan dan minum, pendidikan, jasa kesehatan, air, listrik, informasi dan komunikasi,” ujarnya.

Ditambahkannya, pemulihan ekonomi saat ini sudah bergerak ke sektor durable goods dan turunannya seperti industri manufaktur, angkutan darat dan logistik serta pertambangan.

"Di tahap akhir, pemulihan ekonomi terjadi di sektor angkutan udara, perhotelan dan properti untuk segmen menengah-atas," tegasnya.

Di samping itu, komoditas seperti CPO, batu bara, minyak mentah dan nikel, telah menjadi faktor penting yang membantu pemulihan perekonomian terutama di wilayah berbasiskan komoditas, seperti Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.

"Harga-harga komoditas penting bagi Indonesia seperti CPO, batubara, minyak, dan nikel sudah tinggi. Ke depan, harga-harga komoditas secara rata-rata masih akan di level yang relatif tinggi dibandingkan tahun lalu,” urainya.


Editor : Irwen