Kuartal I, Chandra Asri Ubah Rugi Menjadi Laba US$84 Juta


PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) berhasil menciptakan laba bersih setelah pajak di sepanjang kuartal I 2021 sebesar US$88,382 juta dari periode yang sama tahun lalu merugi sekitar US$17,839 juta.

Kinerja positif tersebut disokong oleh peningkatan pendapatan sekitar 25,49% dari US$476,834 juta menjadi US$598,408 juta. Pertumbuhan ini dipacu oleh harga jual rata-rata yang lebih tinggi di semua produk, khususnya ethylene, polyethylene, dan polypropylene.

Beban pokok pendapatan juga berhasil ditekan sekitar 8,63% menjadi US$450,807 juta dari US$493,429 juta. Hal ini disokong oleh konsumsi bahan baku yang lebih rendah diimbangi oleh kenaikan rata-rata harga naphtha menjadi US$534/T dari US$521/T yang dilatarbelakangi naiknya harga minyak mentah Brent sekitar 21% menjadi US$61 per barel dari US$50 per barel.

Ebitda perseroan juga berbalik menjadi positif sebesar US$147 juta dari sebelumnya rugi sekitar US$14 juta. Capaian positif tersebut didukung oleh perbaikan spreads dan realisasi strategi ketahanan keuangan perseroan.

Pertumbuhan ebitda juga didukung oleh biaya pendapatan usaha yang lebih rendah akibat konsumsi bahan baku yang lebih sedikit.

“Kami fokus pada kesinambungan bisnis dan keunggulan operasional untuk mempertahankan tingkat operasi, menghasilkan dan mempertahankan penghematan biaya, menyelesaikan penggabungan anak usaha PBI dan SMI sepenuhnya, serta mencapai tonggak baru untuk proyek CAP 2,” kata Direktur Chandra Asri, Suryandi dalam siaran pers, Jumat (30/4).

Ia menambahkan, hasil tersebut dalam konteks ketahanan neraca yang berkelanjutan terdiri dari total liquidity pool sebesar US$1,1 juta, termasuk kas dan setara kas US$767 juta pada akhir kuartal pertama tahun ini dibandingkan periode serupa tahun lalu tercatat US$624 juta.

“Kami juga memiliki leverage yang lebih rendah dari utang bersih terhadap ebitda sekitar 0,2 kali dari 2,6 kali, dan mengurangi total utang menjadi US$825 juta dari US$885 juta,” terangnya.

Ia optimistis permintaan petrokimia domestik dan regional Asia akan tetap kuat, dengan mempertimbangan kondisi, di antaranya kekurangan peti kemas di Asia, dan semakin pentingnya soal keamanan pasokan serta manajemen persediaan yang tepat waktu.


Editor : Widya