Kampanye #AfghanGirlsVoices oleh Education Cannot Wait Menyoroti Kesaksian Kehidupan Nyata Tentang Harapan
The Rt. Hon. Gordon Brown; Direktur Eksekutif ECW, Yasmine Sherif; dan ECW Global Champion, Somaya Faruqi, memperingati hari ke-1000 larangan pendidikan remaja putri di Afghanistan
New York, (ANTARA/PRNewswire)- Hari ini, masyarakat dunia memperingati peristiwa penting yang tragis terkait hak asasi manusia, hak anak-anak, dan hak remaja putri: 1.000 hari sejak remaja putri dilarang bersekolah di sekolah menengah di Afghanistan. Untuk memperingati dan merenungkan peristiwa penting yang tidak sepatutnya ini, Education Cannot Wait (ECW), sebagai dana global untuk pendidikan dalam keadaan darurat dan krisis berkepanjangan di PBB, memulai kampanye #AfghanGirlsVoices tahap kedua.
“As a global community, we must reignite our global efforts to ensure that every adolescent girl can exercise her right to an education." - Education Cannot Wait Executive Director Yasmine Sherif. Take action today by sharing your support on social media with the hashtag #AfghanGirlsVoices.
Kampanye ini menampilkan karya seni yang menginspirasi, puisi, kartun, dan lain-lain dari berbagai seniman terkenal dunia, serta kutipan yang menyentuh dan mengena dari gadis Afghanistan yang tidak mendapat hak mengenyam pendidikan namun tetap berharap akan memperolehnya.
Tahap pertama kampanye #AfghanGirlsVoices diluncurkan oleh Utusan Khusus PBB untuk Global Education, The Rt. Hon. Gordon Brown; Direktur Eksekutif ECW, Yasmine Sherif; dan ECW Global Champion, Somaya Faruqi, mantan kapten Tim Robotika Putri Afghanistan pada bulan Agustus 2023. Sejak diluncurkan, kampanye ini telah disaksikan dan didukung oleh jutaan orang di seluruh dunia.
Fase kedua ini diikuti lebih banyak pemimpin global dan pendukung terkemuka, misalnya penulis buku terlaris, Khaled Hosseini (The Kite Runner) dan Christina Lamb (I Am Malala); ECW Global Champion dan Presenter Utama TV Al-Jazeera, Folly Bah Thibault; Pelapor Khusus PBB tentang situasi hak asasi manusia di Afghanistan, Richard Bennett; salah satu Pendiri Global Citizen, Mick Sheldrick; Pemenang Global Citizen Prize 2023 dan pendiri LEARN Afghanistan, Pashtana Durrani; dan masih banyak lagi, termasuk beberapa aktivis perempuan terkemuka dari Afghanistan.
"Dunia harus bersatu untuk mendukung para gadis Afghanistan. Menolak hak atas pendidikan berkualitas adalah kekejian dan pelanggaran terhadap Piagam PBB, Konvensi Hak Anak dan hak asasi manusia. Melalui kampanye global #AfghanGirlsVoices, masyarakat di mana pun dapat membela hak asasi manusia dan keadilan gender dengan menyampaikan kisah tentang keberanian, harapan, dan kegigihan," kata The Rt. Hon. Gordon Brown, Utusan Khusus PBB untuk Global Education dan Pimpinan ECW High-Level Steering Group.
"Sebagai masyarakat dunia, kita harus kembali melakukan upaya global untuk memastikan bahwa setiap remaja putri berhak mengenyam pendidikan. Diskriminasi gender tidak dapat diterima dan hanya akan merugikan Afghanistan yang sudah dilanda perang dan rakyatnya sudah lama menderita. Hak remaja putri atas pendidikan adalah hak mendasar yang dituangkan dalam hukum hak asasi manusia internasional. Bagi masyarakat Afghanistan – pria, wanita, anak perempuan dan anak laki-laki – pendidikan bagi remaja putri sangat penting untuk membangun kembali Afghanistan dan memastikan bahwa setiap rakyat Afghanistan memiliki hak universal atas pendidikan," kata Direktur Eksekutif ECW, Yasmine Sherif.
"Anak perempuan di Afghanistan sangat kuat dan tangguh, pantang menyerah mengejar harapan dan impian mereka. Seribu hari tanpa pendidikan adalah ketidakadilan yang parah bagi anak perempuan Afghanistan. Ini harus dihentikan," kata ECW Global Champion, Somaya Faruqi.
Sekitar 80% anak perempuan dan gadis usia sekolah tidak menempuh pendidikan, dan hampir 30% anak perempuan Afghanistan tidak pernah menginjak bangku sekolah dasar, menurut UNESCO.
Akibat larangan pendidikan sekolah menengah dan sekolah tinggi bagi anak perempuan, kemajuan pendidikan dan pembangunan yang telah dicapai selama puluhan tahun sirna. Tahun 2001-2018, jumlah siswa meningkat sepuluh kali lipat di semua tingkat pendidikan, dari 1 juta pada tahun 2001 menjadi 10 juta pada tahun 2018. Hingga Agustus 2021, 4 dari 10 siswa sekolah dasar adalah perempuan. Seiring dengan lonjakan ini, terjadi pula pertumbuhan sosial dan ekonomi serta berbagai kemajuan lain yang bermanfaat bagi sebagian besar masyarakat Afghanistan.
Pergantian kepemimpinan mendatangkan gelombang seismik ke seluruh aspek perekonomian dan masyarakat Afghanistan. Saat ini, 23,7 juta orang – lebih dari separuh jumlah penduduk – membutuhkan bantuan kemanusiaan yang mendesak, 6,3 juta orang terpaksa mengungsi, dan hak asasi manusia menjadi terancam. Anak perempuan dan anak laki-laki berisiko besar mengalami kekerasan berbasis gender, pekerja anak, pernikahan dini dan pelanggaran hak asasi manusia lainnya. Meskipun total dana tanggap kemanusiaan sebesar $3 miliar sangat dibutuhkan, baru $221 juta yang diterima hingga saat ini, menurut UNOCHA.
Sejak ECW meluncurkan investasinya di Afghanistan pada tahun 2017, Dana tersebut telah menginvestasikan AS$88,8 juta, menjangkau lebih dari 230.000 anak dengan bantuan pendidikan lengkap dan berkualitas. Investasi jangka panjang ECW berfokus pada pembelajaran berbasis komunitas yang menjangkau anak perempuan dan anak laki-laki melalui berbagai kegiatan seperti penyediaan materi belajar-mengajar, pelatihan guru, dan dukungan kesehatan mental dan dukungan psikososial.
Bergabunglah dengan kampanye #AfghanGirlsVoices
Ucapan pendukung kampanye terkemuka tersedia di sini.
Perlengkapan media sosial dan aset visual kampanye tersedia di sini.
Foto - https://mma.prnasia.com/media2/2437363/OP3_Final.jpg?p=medium600
Logo - https://mma.prnasia.com/media2/1656121/Education_Cannot_Wait_Logo.jpg?p=medium600
Penulis : Adityawarman