Imbal Hasil Obligasi AS Berpotensi Menguat, Namun Terbatas 


PT Manulife Aset Manajemen Indonesia menilai imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat masih berpotensi meningkat, namun pergerakannya relatif terbatas. 

Senior Portfolio Manager, Manulife Aset Manajemen Indonesia, Samuel Kesuma mengatakan imbal hasil obligasi AS masih dapat bergerak naik seiring dengan ekonomi AS yang membaik. 

“Namun, kami memandang kenaikannya akan lebih terbatas dan gradual," katanya dalam siaran pers, Kamis (15/4).

Samuel menilai, kenaikan imbal hasil obligasi AS yang terbatas dipicu oleh wacana kenaikan pajak yang akan diajukan Presiden Joe Biden, laju pemulihan yang cenderung lebih lambat dari ekspektasi seiring dengan risiko gelombang ketiga Covid-19 di beberapa kawasan, serta potensi meningkatnya pembelian obligasi AS oleh investor global seiring dengan imbal hasilnya yang telah naik ke level atraktif.

Namun, kenaikan imbal hasil obligasi AS yang lebih gradual akan mengurangi kekhawatiran pasar dan dapat mengembalikan sentimen investor global.

“Saat ini, tingkat imbal hasil obligasi AS yang berada di kisaran 1,7% masih relatif rendah. Sebab, dalam 10 tahun lalu rata-rata imbal hasil obligasi AS di kisaran 2%, sehingga level obligasi AS masih pada level yang wajar dan tetap suportif bagi pasar finansial,” urainya.

Pada akhir 2020, imbal hasil obligasi AS menguat dari kisaran 0,9% menuju 1,7% pada akhir Maret 2021. Pertumbuhan ini dipacu oleh inflasi yang meningkat.

“Dalam pandangan kami, kenaikan imbal hasil obligasi AS mencerminkan ekspektasi pasar yang lebih positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Kami tidak melihat ancaman lonjakan inflasi dapat terjadi berkepanjangan di AS yang akan memaksa The Fed untuk mengetatkan kebijakan moneter," tegasnya.


Editor : Irwen