IHSG ditutup menguat saat pasar 'wait and see' data inflasi AS


Jakarta (ANTARA) -

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu sore, ditutup menguat di tengah para pelaku pasar bersikap 'wait and see' terhadap data inflasi Amerika Serikat (AS).

 

IHSG ditutup menguat 11,46 poin atau 0,15 persen ke posisi 7.464,75. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 0,03 poin atau 0,00 persen ke posisi 890,55.

“Pelaku pasar mengantisipasi rilis data Inflasi AS, yaitu CPI pada Rabu (11/12) dan PPI pada Kamis (12/12), yang dapat mempengaruhi keputusan suku bunga bank sentral AS Federal Reserve," sebut Tim Riset Phillips Sekuritas Indonesia dalam kajiannya, di Jakarta, Rabu.

Pelaku pasar berharap data CPI dan data PPI akan menambah banyak bukti bahwa ekonomi AS sedang mengalami soft-landing, sehingga memperkuat alasan bagi Federal Reserve untuk memangkas suku bunga pekan depan.

Pelaku pasar melihat 86 persen peluang Federal Reserve memangkas suku bunga sebesar 25 bps setelah data Non-Farm Payrolls (NFP) AS pada Jumat pekan lalu memperlihatkan pulihnya aktivitas perekrutan pegawai dan juga merangkak naiknya tingkat pengangguran.

Selain itu, pelaku pasar juga akan mencermati tanda-tanda Federal Reserve menghentikan siklus pelonggaran kebijakan moneter pada Januari 2025, sejumlah pejabat tinggi Federal Reserve minggu lalu mengisyaratkan pelonggaran kebijakan moneter akan berjalan lebih lambat di tengah ketahanan ekonomi AS yang kuat.

Dari regional Asia, Pemerintah China dijadwalkan memulai rapat kerja ekonomi tahunannya untuk memetakan kebijakan ekonomi tahun depan. Presiden Xi Jinping mengatakan pada hari Selasa bahwa China sangat yakin bisa mencapai target pertumbuhan ekonominya tahun ini.

Menurut sejumlah pakar ekonomi, China mungkin akan menaikkan defisit anggarannya ke level tertinggi dalam tiga dekade terakhir dan melakukan pemangkasan suku bunga terdalam sejak tahun 2015.

Sedikitnya tujuh perusahaan perantara efek (sekuritas) di China memperkirakan target defisit fiskal tahun depan dapat mencapai 4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), terbesar sejak reformasi pajak besar-besaran di tahun 1994, secara historis China menjaga rasio defisit anggarannya pada atau di bawah 3 persen.

Dibuka menguat, IHSG betah di teritori positif sampai penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG masih betah di zona hijau hingga penutupan perdagangan saham.

 
Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, lima sektor menguat yaitu dipimpin sektor properti sebesar 1,40 persen, diikuti oleh sektor energi dan sektor keuangan yang masing- masing naik sebesar 0,40 persen dan 0,28 persen.
 
Sedangkan, enam sektor melemah yaitu sektor teknologi turun sebesar minus 1,29 persen, diikuti oleh sektor transportasi dan logistik dan sektor barang baku yang masing- masing minus sebesar 1,24 persen dan 1,04 persen.
 
Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar, yaitu SSTM, CINT, TRUS, GPSO dan KREN. Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni MTFN, SHIP, RSGK, HOPE dan REAL.
 
Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.342.000 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 26,48 miliar lembar saham senilai Rp16,29 triliun. Sebanyak 312 saham naik 295 saham menurun, dan 339 tidak bergerak nilainya.
 
Bursa saham regional Asia sore ini, antara lain indeks Nikkei menguat 4,65 poin atau 0,01 persen ke level 39.372,23, indeks Shanghai menguat 9,83 poin atau 0,29 persen ke posisi 3.432,49, indeks Kuala Lumpur melemah 5,77 poin atau 0,36 persen ke posisi 1.603,20, dan indeks Straits Times melemah 20,73 poin atau 0,54 persen ke 3.792,82.

 


Editor : Dirgantara