Star Energy Geothermal dan Schlumberger Inovasi Rekahan Panas Bumi


Star Energy Geothermal
 

 

Jakarta - Star Energy Geothermal (SEG), perusahaan energi panas bumi terbesar di Indonesia dan Schlumberger, penyedia teknologi terkemuka dunia untuk industri energi global, menyelesaikan studi bersama dalam mengembangkan solusi terobosan untuk menentukan daerah sweet-spot pengeboran panas bumi.

Teknologi ini menggabungkan pengetahuan yang dimiliki SEG tentang manajemen sumber daya panas bumi pada Naturally Fractured Reservoir dan teknologi yang dimiliki Schlumberger dalam mengkarakterisasi rekahan dengan mengunakan aplikasi DELFI Cognitive E&P Environment, melalui proyek yang disebut Fracture Characterization and Optimized Well Placement (FCOWP).

Ini adalah studi pertama yang diaplikasikan pada lapangan panas bumi skala besar dan diharapkan memiliki dampak yang signifikan terhadap optimisasi pengeboran sumur dimasa depan. Salah satu hasil dari studi ini adalah peta permeabilitas yang mengidentifikasi daerah produktif bawah permukaan.

“Proyek ini merupakan salah satu upaya berkelanjutan kami dalam menerapkan inovasi dan teknologi untuk mengurangi LCOE (Levelized Cost of Electricity) energi panas bumi. Biaya pengeboran merupakan salah satu komponen biaya utama dari biaya energi panas bumi dan penerapan teknologi ini memungkinkan kami untuk mengebor di tempat yang tepat dengan akurasi dan hasil yang lebih baik, yang berujung pada pengurangan biaya pengeboran,” kata Chief Executive Officer Star Energy Geothermal,Hendra S Tan dalam keterangannya, Jumat (14/1).

Studi penerapan teknologi ini dimulai pada Lapangan Panas Bumi Darajat, dimana penggunaannya diharapkan dapat meningkatkan kemungkinan keberhasilan pengeboran sumur dengan memodelkan sistem rekahan alami, dan distribusi permeabilitas yang diketahui di bagian area yang sudah dibor serta memprediksi distribusinya di bagian yang belum dibor. Di banyak lapangan panas bumi, produksi bergantung pada keberhasilan penentuan target pemboran terhadap rekahan yang terjadi secara alami di bawah permukaan.

Studi ini dibagi menjadi dua tahapan utama. Tahapan pertama bertujuan untuk memodelkan orientasi serta intensitas distribusi rekahan dan yang kedua adalah proses otomatisasi guna memodelkan lebar dan panjang rekahan serta validasi terhadap data-data sumur yang ada.

“Teknologi ini akan diterapkan untuk meningkatkan hasil pemboran di tiga lapangan yang SEG operasikan dimana tahap pertama akan diterapkan pada Lapangan Darajat pada kampanye pemboran 2022 dan selanjutnya diterapkan pada Lapangan Salak dan Lapangan Wayang Windu,” papar Chief Asset Management Officer Star Energy Geothermal, Ken Riedel.

Sementara itu Managing Director Schlumberger Indonesia,Devan Raj menambahkan, pihaknya memiliki kesempatan untuk memperluas kerjasama dengan Star Energy Geothermal dalam mengembangkan solusi inovatif dengan memanfaatkan kumpulan ahli dan teknologi dari kedua perusahaan untuk memaksimalkan potensi panas bumi.


Penulis : Indra

Editor : Irwen