November 2025, BTN bukukan laba bersih Rp2,91 triliun
Jakarta – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk hingga akhir November 2025 membukukan laba bersih mencapai Rp2,91 triliun ditopang pertumbuhan penyaluran kredit dan strategi pendanaan yang lebih efisien.
Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan bahwa perseroan berhasil menjaga pertumbuhan kinerja yang konsisten hingga menjelang akhir tahun 2025 seiring penerapan strategi penyaluran kredit yang lebih terarah dan terstruktur, serta upaya peningkatan dana murah di tengah tren penurunan biaya dana (cost of fund).
“Pencapaian kinerja hingga akhir November 2025 menunjukkan bahwa BTN mampu menjaga pertumbuhan positif yang tetap on track menuju akhir tahun sesuai dengan strategi yang telah ditetapkan,” kata Nixon dikutip dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (16/12).
Berdasarkan laporan keuangan bulanan yang dikutip dari laman resmi BTN, laba bersih tercatat mencapai Rp2,91 triliun, meningkat 21,10 persen secara tahunan (year-on-year /yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp2,40 triliun.
Pertumbuhan laba bersih tersebut didukung oleh kredit dan pembiayaan yang disalurkan mencapai Rp386,47 triliun hingga 30 November 2025, naik 8,74 persen yoy dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp355,42 triliun.
Perseroan juga membukukan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) seiring upaya perseroan meningkatkan pendanaan terutama dana murah (current account and saving account/CASA).
Hingga akhir November 2025, DPK BTN meningkat 15,77 persen yoy menjadi Rp423,96 triliun dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp366,22 triliun.
Pertumbuhan kredit dan pembiayaan serta DPK membuat aset BTN naik 12,16 persen yoy menjadi Rp503,99 triliun hingga akhir November 2025, dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp449,36 triliun.
Total aset tersebut telah melampaui target aset Rp500 triliun yang ditetapkan pada awal tahun 2025.
Menurut Nixon, memasuki akhir tahun perseroan akan tetap fokus pada penyaluran kredit ke sektor perumahan terutama KPR subsidi dan non subsidi dalam rangka memenuhi kebutuhan hunian di Indonesia, serta penyaluran kredit korporasi ke berbagai sektor di sekitar perumahan, termasuk sektor real estate, listrik, gas, air, dan perdagangan besar.
Sementara itu, di sisi perolehan DPK perseroan akan melanjutkan strategi peningkatan pendanaan berbiaya murah terutama yang berasal dari nasabah ritel maupun institusi skala menengah untuk mempercepat tren penurunan biaya dana di BTN.
“Peningkatan DPK ritel ditunjang adanya solusi digital berupa superapp Bale by BTN yang terus meningkat di sisi jumlah pengguna dan transaksi, serta Bale Korpora untuk cash management korporasi dari berbagai sektor,” ujar Nixon.
Penulis : Eko


