Gaikindo: ini syarat penjualan mobil domestik diatas 1 juta unit
Jakarta – Pacu penjualan mobil di pasar domestik, pertumbuhan ekonomi nasional harus dinaikkan menjadi 6 persen hingga 7 persen per tahun agar Indonesia keluar dari jebakan 1 juta unit pasar mobil domestik.
“Jika pertumbuhan ekonomi menyentuh angka 6 persen sampai dengan 7 persen per tahun, Indonesia bisa keluar dari jebakan 1 juta unit pasar mobil nasional. Dengan begini, pendapatan per kapita dapat naik 5 persen hingga 6 persen per tahun, mendorong kelompok upper middle naik kelas ke affluent income group sehingga mendorong penjualan otomotif diatas 1 juta unit per tahun,” kata Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara di Jakarta, Rabu (10/7).
Kukuh menyatakan, penjualan mobil domestik tertinggi sebesar 1,23 juta terjadi pada 2013. Hal itu ditopang oleh pertumbuhan ekonomi yang mendekati 6 persen serta program KBH2 atau LCGC.
“Selepas itu, pasar mobil tak bergerak dari level 1 juta unit, bahkan sempat merosot ke 532 ribu unit pada 2020 akibat pandemi Covid-19,” paparnya.
Lalu, pasar mobil bangkit pada 2021, berkat insentif PPnBM. Namun, tren itu tak berubah banyak memasuki 2022 hingga 2023, di mana penjualan mobil hanya mencapai 1 juta unit.
Memasuki 2024, penjualan mobil domestik malah merosot. Per Mei 2024, penjualan mobil turun 21% menjadi 334 ribu unit, dipicu berbagai faktor, antara lain kenaikan suku bunga global, lonjakan NPL, pengetatan pemberian kredit dari perusahaan pembiayaan.
Gaikindo kemungkinan merevisi target penjualan mobil 2024 sebanyak 1,1 juta unit, dengan mempertimbangkan sejumlah faktor penekan pasar.
“Salah satu faktor pemicu stagnasi pasar mobil adalah harga mobil baru tidak terjangkau oleh pendapatan per kapita masyarakat. Gap antara pendapatan rumah tangga dan harga mobil baru makin lebar,” ujarnya.
Sementara itu, pengamat otomotif LPEM UI Riyanto mengungkapkan, pasar mobil domestik rata-rata tumbuh 21,3 persen selama 2000 hingga 2013, ditopang oleh kenaikan pendapatan per kapita sebesar 28,2 persen. Sementara itu, selama 2013 hingga 2022, pendapatan per kapita hanya naik 3,65 persen, sehingga pasar mobil turun rata-rata 1,64 persen per tahun.
Pada saat yang sama, dia menegaskan, harga mobil terus membubung. Sebagai contoh, harga Avanza G pada 2013 mencapai Rp160 juta, sedangkan pada 2023 mencapai Rp255 juta.
Dengan demikian, pertumbuhan pendapatan per kapita tidak bisa menjangkau harga mobil baru. Bahkan, selisihnya makin lebar dari tahun ke tahun.
Imbasnya, dia menuturkan, penjualan mobil bekas tumbuh subur menjadi 1,4 juta unit pada 2023, dari 2013 yang hanya 0,5 juta unit, seiring menurunnya daya beli konsumen dan lonjakan harga mobil baru. Itu artinya, penjualan mobil bekas tahun lalu di atas mobil baru yang hanya 1 juta unit.
Mobil bekas, kata dia, kini diburu oleh masyarakat Indonesia. Di Jawa, pada 2023, sekitar 64 persen pembelian mobil di Jawa merupakan mobil bekas. Adapun penjualan mobil baru di Jawa dan Bali turun 33 persen pada 2022 dibandingkan 2013. Di luar Jawa, pembelian mobil bekas juga mendominasi, mencapai 56 persen dari total pembelian kendaraan tahun lalu.
“Sebenarnya, mobil bekas bukan tujuan orang. Kalau punya uang, mending mobil baru. Tetapi, perbedaan harga mobkas dan baru makin lebar. Harga mobil bekas juga terdepresiasi cukup tinggi, sehingga tambah subur,” tegasnya.
Penulis : Indra
Editor : Irwen