BTN proyeksikan penjualan rumah tumbuh 12 persen
Jakarta - PT Bank Tabungan Negara Tbk (Persero) memproyeksikan pertumbuhan penjualan rumah tahun ini di angka sekitar 11-12 persen.
Hal ini terutama didorong adanya stimulus pemerintah mulai dari kebijakan PPN Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) hingga harga rumah Rp5 miliar, insentif biaya administrasi pengurusan rumah murah untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) sebesar Rp4 juta, pelonggaran rasio LTV/FTV Kredit/Pembiayaan Properti menjadi maksimal 100 persen untuk semua jenis properti, masih adanya KPR Subdisi dan lain sebagainya.
"Stimulus-stimulus ini yang menyebabkan pertumbuhan penjualan rumah tahun ini kita harapkan mencapai 12 persen," kata Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Nixon menyebut beberapa langkah stimulus yang diberikan oleh pemerintah sebagai countercyclical buffer untuk mengatasi dampak penurunan perekonomian masyarakat telah dijalankan dengan baik oleh perbankan dan pemulihan ekonomi telah menunjukkan perbaikan yang signifikan kearah yang lebih baik.
"Hal ini menjadikan sektor properti masih menjadi sektor yang dapat memberikan kontribusi banyak terhadap pertumbuhan perekonomian di Indonesia," tuturnya.
Sesuai visi perseroan menjadi The Best Mortgage Bank in Southeast Asia di tahun 2025 kata Nixon, Bank BTN juga telah melakukan berbagai transformasi sehingga menjadi semakin dapat diandalkan, cepat, berkualitas sehingga dapat memenuhi bahkan melampaui harapan para stakeholders Bank BTN.
Transformasi kantor cabang, pengembangan low cost funding dengan implementasi produk tabungan baru yang menyasar segmen bisnis, pembentukan regional loan processing center dan commercial banking center, inisiatif kredit high yield, perluasan jangkauan bisnis perumahan khususnya segmen emerging affluent, optimalisasi KCP, one stop financial solution melalui pengembangan super apps BTN Mobile dan Digital Mortgage Ecosystem merupakan insiatif strategis yang dilakukan Bank BTN untuk mendongkrak kinerja serta dapat memenuhi kebutuhan nasabah BTN.
Menurut Nixon, gejolak ekonomi dunia pasca pandemi Covid-19 dan dampak perang antarnegara, perekonomian Indonesia relatif terkendali sepanjang tahun lalu.
"Dengan capaian ini, kita tetap optimistis menghadapi tantangan perekonomian global 2024 yang masih penuh ketidakpastian," tuturnya.
Adapun beberapa tantangan yang harus dicermati dilansir dari data yang diterbitkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan kacamata pengamat, antaranya krisis secara global yang ditimbulkan oleh perang Rusia dan Ukraina, pelemahan ekonomi tiongkok serta tensi geopolitik Timur Tengah yang menyebabkan terjadinya lonjakan harga komoditas, baik energi maupun pangan yang perlu mendapatkan perhatian khusus.
Pelemahan ekonomi global yang potensi tumbuhnya hanya 2,8 persen sehingga munculnya fenomena gradual disinflation atau inflasi yang turun secara lambat.
Hingga Desember 2023, The Fed telah menaikkan suku bunga acuannya menjadi 5,50 persen atau mencapai 525 bps sejak Februari 2022. Kenaikan Fed Funds Rate yang agresif ini diperkirakan akan tetap tinggi dengan siklus yang lebih panjang mendorong tetap kuatnya mata uang dolar AS sehingga memberikan tekanan pelemahan nilai tukar di berbagai negara.
Disisi moneter, Bank Indonesia juga terus memperkuat bauran kebijakan BI-7 Day Reverse Repo Rate untuk mengelola volatilitas nilai tukar rupiah, dan pendalaman pasar keuangan, untuk mengarahkan ekspektasi inflasi dan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah.
Pentas Pemilihan Umum (Pemilu) yang akan segera telaksana, yang berdampak pada perilaku investor yang lebih “wait and see” dalam melakukan ekspansi usaha. (ANT)
Editor : Irwen