Hingga 2024, Pertamina Butuh Investasi US$92 Miliar


Direktur Keuangan PT Pertamina (Persero), Emma Sri Martini mengatakan, total belanja modal (capital expenditure) periode 2020-2024 kurang lebih US$92 miliar atau setara dengan Rp1.315 triliun (kurs BI hari ini Rp14.299 per dolar AS). 

“Investasi ini kalau kami lakukan sendiri tentunya balance sheets over stress, sehingga kami mengharapkan adanya capital funding dari commercial bank atau multilateral bank atau dari Sowereign Wealth Fund Indonesia atau IIndonesia Investment Authority (INA) serta PT Sarana Multigriya Financial, dan lainnya,” kata Emma dalam acara daring Prospek BUMN 2021 Sebagai Lokomotif PEN dan Sovereign Wealth Fund, Kamis (4/3).

Lebih lanjut, belanja modal ini akan dipenuhi dari kas internal sekitar 38% dan eksternal 62%. Partisipasi INA dalam proyek-proyek strategis Pertamina dalam bentuk suntikan modal dapat memperkuat struktur modal Pertamina, sehingga Pertamina mampu mempertahankan rasio utang terhadap ekuitas di bawah 80%. 

Selain itu, Pertamina juga terbuka bagi investasi swasta yang akan disinergikan dengan mitra strategis lainnya baik melalui kerja sama dengan investor yang memiliki dana maupun investor strategis yang mempunyai teknologi dan pengetahuan.

Total investasi tersebut akan dialokasikan untuk sektor hulu sebesar US$64 miliar, hilir US$20 miliar, dan pengembangan gas, pembangkit, serta NRE US$8 miliar.  

Pada periode 2020-2024, terdapat 14 proyek Pertamina yang menjadi proyek strategis nasional (PSN) baik di sektor hulu, hilir, dan energi bersih terbarukan, serta empat proyek strategis pertamina (PSP). 

Rincian 14 PSN tersebut adalah proyek Jambaran Tiung Biru dengan capex sekitar US$1,5 miliar, grass root refinary Tuban US$16,7 miliar, RDMP Dumai US$1,3 miliar, RDMP Plaju US$1,3 miliar, RDMP Cilacap US$3,6 miliar, RDMP Balikpapan US$7,1 miliar, polypropylene Balongan US$300 juta, tanki BBM Indonesia Timur Rp205 miliar, tanki LPG Indonesia Timur Rp1,279 triliun.

Kemudian, pembangunan jaringan gas kota (nasional) Rp33 triliun, gasifikasi batubara Tanjung Enim US$2,1 miliar, green diesel RU IV Cilacap US$300 juta, green refinary RU III Plaju US$700 juta, katalis merah putih Rp170 miliar. 

Sementara, empat PSP adalah olefin TPPI US$3,7 miliar, infrastruktur BBM dan LPG US$2 miliar, transmisi dan distribusi gas US$4 miliar, ekosistem EV baterai US$3,2 miliar.


Editor : Irwen