Hadapi Tantangan Hilirisasi Aluminium, Menperin Resmi Kukuhkan Galunesia



3-3
 

Jakarta - Pemerintah terus berupaya menjalankan kebijakan industrialisasi berbasis hilirisasi dalam rangka peningkatan nilai tambah bahan baku mineral di dalam negeri.

“Kami berkomitmen terus menggenjot hilirisasi industri berbasis pengolahan sumber daya mineral logam. Aluminium merupakan salah satu sumber daya mineral logam yang menjadi fokus kebijakan hilirisasi dan komoditas logam andalan Indonesia tersebut memiliki potensi pasar domestik yang mencapai satu juta ton,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita pada acara pengukuhan Asosiasi Gabungan Industri Aluminium Indonesia (Galunesia) di Jakarta, Rabu (14/6).

Menurut dia, terdapat lima tantangan yang harus diselesaikan dalam upaya pengembangan hilirisasi komoditas aluminium di dalam negeri. Pertama, ketersediaan infrastruktur dan energi baik itu berupa jalan, pelabuhan, dan listrik di luar Pulau Jawa, terutama untuk mendukung kegiatan smelter.

“Kedua, dari aspek sumber daya manusia (SDM) untuk mendukung kegiatan smelter. Ketiga, riset yang membutuhkan aspek teknologi dan modal. Keempat, tantangan dari sisi logistik dan terakhir tantangan dari sisi eksternal dalam bentuk resistensi dari pihak luar negeri terhadap kebijakan hilirisasi,” paparnya.

Lebih lanjut, kebutuhan domestik aluminium saat ini mencapai satu juta ton. Sementara itu, PT Inalum saat ini menyediakan sebesar 250 ribu ton.

“Sehingga, masih terdapat room to grow yang sangat besar bagi investor untuk memenuhi kebutuhan aluminium nasional,” ujarnya.

Salah satu langkah untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut dengan melakukan sinergi dengan berbagai pihak terkait, termasuk dengan para pelaku industri yang tergabung dalam asosiasi. Kehadiran Galunesia dapat menjadi energi baru untuk menjawab setiap tantangan hilirisasi nasional.

Lebih lanjut, pendirian Galunesia juga didorong dan diinisiasi oleh Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin. Asosiasi tersebut akan menjadi bagian dari pemangku kepentingan yang dapat mewujudkan langkah untuk meneruskan kembali rantai industri aluminium nasional.

“Kami mengharapkan Galunesia dapat meningkatkan komunikasi antara angggotanya dan antara anggota dengan pemerintah, serta memperkuat data yang saat ini menjadi kunci keberhasilan di sektor apapun. Semoga Galunesia dapat menjadi mitra pemerintah dengan memberi masukan yang mampu memperkuat kebijakan dalam hilirisasi berbasis bauksit, dalam hal ini aluminium,” tuturnya.

Sedangkan Ketua Umum Galunesia Oktavianus Tarigan menambahkan, pihaknya sangat mendukung upaya pemerintah dalam memaksimalkan industri aluminium. Potensi value chain aluminium sangat besar, termasuk untuk mendukung pengembangan ekosistem electric vehicle (EV) yang dicanangkan oleh pemerintah.

“Dari hulu ke hilir akan disenergikan bagi seluruh stakeholder,” tegasnya.

 


Penulis : Indra

Editor : Irwen