CGTN: Mengapa jaringan sumber daya alam Tiongkok terbukti sangat berharga?
Beijing, (ANTARA/PRNewswire)- Musim panas merupakan momen tersibuk di Danau Qinghai, danau asin terbesar di Tiongkok.
Burung-burung pun memberi makan dan merawat anak-anaknya, sedangkan penggembala juga membawa ternak menuju padang rumput. Sementara, kawanan ikan karper, spesies asli Danau Qinghai, mengawali migrasi tahunan.
Ikan-ikan ini berenang di danau yang terletak di sebelah barat laut provinsi Qinghai, Tiongkok, pada kedalaman 18 meter. Namun, kadar garam yang tinggi di Danau Qinghai menghambat pertumbuhan gonad ikan-ikan tersebut. Jadi, setiap tahun, pada Mei hingga Agustus, ikan karper dewasa menuju perairan segar di Sungai Buha dan Shaliu yang mengaliri Danau Qinghai, untuk berkembang biak. Fenomena ini menjadi salah satu pesona alam di Danau Qinghai--migrasi ikan karper.
Ikan karper yang sempat hilang dari peredaran
Ikan karper memiliki tempat khusus bagi warga di Qinghai, sebab ikan ini sempat menyelamatkan banyak jiwa manusia. Pada dekade 1950-an dan 1960-an, kelangkaan pangan membuat warga lokal harus bertahan hidup dengan mengonsumsi ikan-ikan ini. Maka, budi daya ikan karper di Danau Qinghai pun dimulai secara besar-besaran.
Hanya dalam beberapa dekade, "harta karun danau", julukan ikan ini, terancam punah akibat penangkapan ikan yang berlebihan, serta kerusakan habitat. Pada awal abad ke-21, populasi ikan karper di Danau Qinghai telah anjlok di bawah 1% dari angka populasi tertinggi dalam sejarah.
Pemerintah lokal pun melarang penangkapan ikan tersebut, bahkan menghukum penangkapan liar dan jual-beli ikan karper. Dengan budi daya buatan, serta peningkatan kualitas ekologi di Danau Qinghai, populasi ikan karper mulai pulih, meski tingkat kesuburannya masih rendah.
Seiring berjalannya waktu, upaya tersebut berbuah hasil positif. Pada 2023, populasi ikan karper di Danau Qinghai mencapai sekitar 120.300 ton--44 kali lipat dari populasi pada 2002. Status konservasi ikan karper pun diturunkan dari "terancam punah" menjadi "rentan punah".
Pelestarian ikan karper hanyalah salah satu contoh kesuksesan konservasi alam di Tiongkok. Mulai dari panda raksasa hingga burung ibis berjambul, serta monyet emas hidung pesek, populasi spesies langka secara bertahap meningkat berkat sistem konservasi alam yang telah dikembangkan Tiongkok.
Tiongkok memiliki habitat keanekaragaman hayati terbanyak di dunia, serta satu-satunya negara yang memiliki hampir seluruh jenis ekosistem. Area-area cagar alam di Tiongkok telah meningkatkan konservasi keanekaragaman hayati, serta berperan besar dalam ketahanan ekologi nasional.
Berbagai jenis cadangan alam juga telah terbentuk di Republik Rakyat Tiongkok sejak pertama kali berdiri pada 1949. Pelestarian spesies yang terancam punah juga terus diperkuat, sedangkan kerja sama internasional pun kian erat. Jaringan cagar alam ini lantas membuahkan hasil.
Peradaban ekologi tercantum dalam rencana pembangunan Tiongkok pada 2012 ketika Xi menjadi pemimpin tertinggi di Tiongkok. Sejak itu, semakin banyak perubahan yang terjadi di Tiongkok setelah Xi mengutamakan keselarasan antara manusia dan alam.
"Dalam 'The Book of Changes (l Ching)', 'Manusia harus belajar dari perubahan musim dengan mengamati fenomena alam dan membina perkembangan sosial dengan mengkaji fenomena manusia. Kekayaan berasal dari cara bumi dan langit berinteraksi yang ikut menjaga tatanan alam'," ucap Xi dalam National Conference on Ecological and Environmental Protection yang berlangsung pada 18 Mei 2018.
Menurut Kementerian Sumber Daya Alam Tiongkok, pada Juni 2024, Tiongkok telah merestorasi ekosistem seluas lebih dari 100 juta mu (sekitar 6,7 juta hektar) yang mencakup pegunungan, sungai, hutan, lahan peternakan, danau, padang rumput, dan gurun pasir.
Area cagar alam Tiongkok meliputi 18% luas wilayah darat, serta 4,1% luas wilayah laut nasional, serta mencakup 90% jenis ekosistem di daratan, 85% populasi hewan liar, 65% tumbuh-tumbuhan, serta hampir 30% peninggalan geografis penting.
Cadangan alam Tiongkok merupakan landasan penting dalam pelestarian alam. "China Biodiversity Conservation Strategy and Action Plan (2023-2030)" juga memprioritaskan bidang dan aksi konservasi keanekaragaman hayati.
Tiongkok mengemban tanggung jawab internasional, terlibat dalam tata kelola lingkungan hidup dan kerja sama konservasi keanekaragaman hayati. Lebih lagi, Tiongkok telah mengemukakan konsep masyarakat dengan masa depan bersama, serta mengutamakan interdependensi dan upaya menjawab tantangan bersama yang dihadapi semua negara.
Penulis : Adityawarman