CGTN: Latar belakang kerja sama Tiongkok dan Perancis yang mendatangkan kesuksesan dua arah
Beijing, (ANTARA/PRNewswire)- Dalam rangka kunjungan kenegaraan keempat Presiden Perancis Emmanuel Macron ke Tiongkok, CGTN menerbitkan sebuah artikel tentang kerja sama Tiongkok–Perancis yang telah mendatangkan kesuksesan dua arah. Hal ini tecermin dari komitmen bersama kedua negara untuk memperluas kolaborasi dalam bidang-bidang strategis, tingkat kepercayaan politik yang tinggi, serta visi bersama dalam mendukung multilateralisme di tengah dunia yang multipolar.
Raksasa industri dirgantara Perancis, Airbus, meresmikan lini perakitan akhir kedua untuk pesawat seri A320 di kota pelabuhan Tianjin, Tiongkok Utara, pada Oktober lalu. Fasilitas ini diproyeksikan menyumbang 20% persen terhadap kapasitas produksi global seri A320.
Peran penting dari proyek Tianjin mengemuka pada April 2023 ketika perjanjian kerja sama diresmikan di hadapan Presiden Tiongkok Xi Jinping dan Presiden Perancis Emmanuel Macron yang tengah berkunjung ke Tiongkok.
Kini, dalam kunjungan kenegaraan keempat Macron ke Beijing, Xi menyatakan pada Kamis lalu bahwa Tiongkok dan Perancis harus menangkap peluang dan memperluas bidang kerja sama.
Usai bertemu dengan suasana yang bersahabat, terbuka, dan konstruktif, Xi mengatakan, kedua pihak sepakat untuk memperkuat kepercayaan politik. Terlepas dari kondisi eksternal yang berubah, Tiongkok dan Perancis harus terus menunjukkan visi strategis dan kemandirian sebagai negara besar, serta saling memahami dan mendukung dalam isu-isu yang menyangkut kepentingan inti masing-masing, ujar Xi dalam acara jumpa pers bersama Macron.
Macron menegaskan, Perancis menghargai hubungan yang terjalin dengan Tiongkok dan selalu menjunjung tinggi kebijakan Satu-Tiongkok (one-China policy). Ia menambahkan bahwa Perancis siap memperluas kemitraan strategis komprehensif dengan Tiongkok.
Daftar Peluang Baru
Ketika berbincang di Aula Rakyat Tiongkok pada Kamis lalu, Xi mengatakan, di sidang pleno keempat Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok Ke-20, rekomendasi untuk Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) Tiongkok Ke-15 telah disahkan. Repelita tersebut merupakan cetak biru perkembangan Tiongkok dalam lima tahun ke depan sekaligus membuka peluang bagi dunia.
Xi menambahkan bahwa Tiongkok dan Perancis harus memanfaatkan peluang tersebut untuk memperluas kerja sama, memperkuat kolaborasi dalam bidang-bidang konvensional seperti penerbangan, antariksa, dan energi nuklir, serta menggali potensi kerja sama di sektor-sektor ekonomi hijau, ekonomi digital, biomedis, AI, energi baru, dan sektor lainnya.
Menurut Macron, Perancis gembira melihat dinamisme perekonomian Tiongkok yang mendorong keterbukaan dan kolaborasi, serta membawa lebih banyak peluang bagi dunia.
Ia menyampaikan bahwa Perancis menyambut lebih banyak investasi Tiongkok dan akan menyediakan iklim usaha yang adil dan nondiskriminatif.
Saat ini, Tiongkok merupakan mitra dagang terbesar Perancis di Asia dan mitra dagang terbesar ketujuh secara global. Sementara, Perancis merupakan mitra dagang terbesar ketiga Tiongkok di Uni Eropa. Pada periode Januari hingga Oktober 2025, nilai perdagangan bilateral mencapai US$68,75 miliar, meningkat 4,1% dari tahun sebelumnya, dan investasi dua arah telah melampaui US$27 miliar, menurut Kementerian Perdagangan Tiongkok.
Dalam bidang budaya dan pertukaran masyarakat, lebih dari 6.000 pelajar dan mahasiswa Perancis berkunjung ke Tiongkok untuk belajar dan mengikuti program pertukaran pada tahun lalu, bertepatan dengan Tahun Kebudayaan dan Pariwisata Tiongkok–Perancis yang juga menandai 60 tahun hubungan diplomatik kedua negara.
Sebuah jajak pendapat terbaru CGTN menunjukkan, 75% responden mendukung kerja sama ekonomi yang lebih erat antara Tiongkok dan Perancis guna menghadapi risiko dan tantangan eksternal. Selain itu, 77,8% responden menilai, kolaborasi yang lebih luas berdasarkan sikap saling menghormati, prinsip kesetaraan, dan manfaat bersama tidak hanya menentukan hubungan kedua negara, namun juga arah perkembangan tatanan internasional.
Pendukung Multilateralisme di tengah Dunia Multipolar
Xi mengatakan pada Kamis lalu, Tiongkok dan Perancis merupakan dua negara besar yang independen, visioner, dan bertanggung jawab, serta dua kekuatan konstruktif yang membangun dunia multipolar dan mempromosikan solidaritas global.
"Dunia saat ini mengalami perubahan besar yang belum pernah terjadi dalam satu abad terakhir. Umat manusia kembali berada di persimpangan jalan," ujar Xi. Ia menambahkan, Tiongkok dan Perancis harus bertindak dengan rasa tanggung jawab yang kuat, menjunjung tinggi multilateralisme, dan berdiri di sisi yang benar dalam sejarah.
Xi menegaskan bahwa Tiongkok dan Eropa harus tetap berpegang pada prinsip kerja sama, menjalin kemitraan dengan prinsip keterbukaan, dan menjaga hubungan Tiongkok–Eropa agar berkembang di jalur yang tepat, yakni kemandirian dan kerja sama yang saling menguntungkan.
Macron mengatakan, Perancis berkomitmen mendorong hubungan Eropa–Tiongkok yang stabil dan berkembang positif. Ia menambahkan, Eropa dan Tiongkok harus mempertahankan dialog dan kerja sama, sedangkan Eropa perlu mencapai otonomi strategis.
Di tengah kondisi geopolitik global yang tidak menentu, dan tantangan terhadap tatanan multilateral, kerja sama Tiongkok–Perancis menjadi semakin penting dan tidak tergantikan, kata Macron.
Dalam jajak pendapat CGTN, 92,5% responden menyerukan agar Tiongkok dan Perancis bersama-sama mempertahankan multilateralisme sejati, menjaga tujuan dan prinsip Piagam PBB, serta bekerja sama menghadapi tantangan global.
Wang Yanhang, Peneliti Senior di Chongyang Institute for Financial Studies, Renmin University of China, mengatakan, kerja sama bilateral Tiongkok–Perancis menegaskan tanggung jawab bersama kedua negara sebagai kekuatan besar.
Menurut Wang, kesediaan dan kemampuan kedua negara untuk membangun konsensus, mengelola perbedaan dengan baik, dan memperdalam kerja sama melalui komunikasi dan dialog—terlepas dari perubahan lanskap internasional—memberikan kepastian dan stabilitas di dunia.
SOURCE CGTN
Penulis : Bagus


