BEI Pantau Strategi Bakrie Telecom Pertahankan Kelangsungan Usaha


 

Bursa Efek Indonesia (BEI)
 

Bursa Efek Indonesia (BEI) pantau upaya konkrit emiten telekomunikasi PT Bakrie Telecom Tbk mempertahankan kelangsungan usaha (going concern) agar tetap menjadi perusahaan tercatat.

Selain itu, ototritas bursa juga melakukan evaluasi lebih lanjut terkait dengan kesesuaian laporan keuangan perusahaan dengan kode emiten BTEL dengan standar pelaporan yang berlaku.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna Setya mengatakan, pihaknya masih menunggu penyelesaian beberapa kewajiban BTEL kepada Bursa.

“Bursa belum dapat melakukan pembukaan penghentian sementara perdagangan (unsuspensi) efek perseroan (BTEL),” kata Nyoman di Jakarta, Rabu (20/1).

BEI menghimbau masyarakat khususnya yang memegang saham BTEL, terus memantau keterbukaan informasi yang disampaikan oleh emiten Grup Bakrie tersebut.

Dalam perkembangan terbaru Bakrie Telecom telah menyampaikan laporan keuangan yang berakhir 30 September 2020 diaudit dengan mendapatkan opini Wajar dengan Pengecualian.

Sebelumnya, BTEL juga menyampaikan upaya perbaikan kelangsungan usaha yang disampaikan pada pertengahan 2020 yang pada intinya BTEL melalui entitas anak akan masuk ke beberapa bisnis baru.

Apabila suspensi atas saham BTEL tidak dibuka hingga mencapai 24 bulan pada 27 Mei 2021, saham BTEL terancam dihapus secara paksa (force delisting).

Berdasarkan ketentuan III.3.1.2, BEI dapat menghapus secara paksa saham perusahaan tercatat yang disuspensi di pasar reguler dan pasar tunai atau hanya diperdagangkan di pasar negosiasi selama 24 bulan terakhir.

BEI mensuspensi saham BTEL disuspensi oleh bursa pada 27 Mei 2019 lantaran perseroan mendapatkan opini disclaimer sebanyak dua kali berturut-turut dari akuntan publik.

Per Juni 2020, susunan pemegang saham BTEL ialah PT Huawei Tech Investment 16,8 persen, PT Mahindo Agung Sentosa 13,6 persen, PT Era Bhakti Persada 5,5 persen. Selanjutnya, Best Quality Global Limited 6 persen, PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) 0,1 persen, dan masyarakat 58 persen.

Total saham beredar 36,77 miliar saham dan BTEL telah lama tertidur di level harga Rp50.


Penulis : Indra

Editor : Widya