Pemerintah Waspadai Risiko Global Seiring Koreksi IMF


Jakarta - Kementerian Keuangan terus mewaspadai berbagai risiko global seiring International Monetary Fund (IMF) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2021 dari prediksi Juli sebesar 3,9% menjadi 3,2% atau turun 0,7%.

“Pemerintah Indonesia terus mewaspadai berbagai risiko global yang terjadi. Pandemi hingga saat ini masih terus menjadi fokus perhatian pemerintah,” kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Febrio Kacaribu di Jakarta, Rabu (13/10).

Meski demikian, penurunan proyeksi ini tidak sedalam koreksi pada negara ASEAN-5 lain, yakni Thailand 1% atau turun 1,1%, Malaysia 3,5% atau turun 1,2%, Filipina 3,2% atau turun 2,2% dan Vietnam 3,8% atau turun 2,7%.

Berbagai risiko global tersebut meliputi pemulihan yang tidak merata karena ketimpangan vaksin, perkembangan mutasi COVID-19, inflasi, volatilitas pasar keuangan, serta menurunnya stimulus ekonomi di berbagai negara.

Kemudian, terjadinya gangguan pasokan global yang berpotensi mendorong stagflasi global yaitu terjadinya tekanan inflasi tinggi yang dibarengi dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi.

Risiko-risiko ini juga membuat IMF menurunkan proyeksi ekonomi Amerika Serikat (AS) dan China masing-masing menjadi 6% atau turun 1% dan 8% atau turun 0,1%.

Penurunan proyeksi AS didorong isu gangguan pasokan yang ditandai naiknya tekanan inflasi dengan rekor tertinggi dalam beberapa dekade terakhir sehingga konsumsi mengalami perlambatan di triwulan III.

Sementara penurunan proyeksi pertumbuhan China disebabkan pengurangan investasi publik dan pengetatan regulasi di sektor properti.

IMF turut menurunkan proyeksinya terhadap ASEAN-5 dengan laju pertumbuhan pada tahun ini hanya akan mencapai 2,9% atau turun 1,4% dengan penyebaran varian Delta menjadi faktor utama.

Untuk pertumbuhan ekonomi dunia secara keseluruhan pada tahun ini diprediksi sebesar 5,9% atau turun 0,1% dari 6% yang merupakan proyeksi pada Juli.

Namun demikian, proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2022 tidak berubah yaitu di level 4,9%.

Oleh sebab itu, IMF memberikan rekomendasi penguatan kebijakan untuk kerjasama multilateral dalam upaya akselerasi dan pemerataan vaksinasi serta mitigasi perubahan iklim.

Menurut Febrio, pemerintah terus berupaya meningkatkan kapabilitas dalam penanganan pandemi melalui berbagai kebijakan seperti PPKM, peningkatan 3T, akselerasi vaksinasi, serta disiplin 5M.

Realisasi akselerasi vaksinasi per 12 Oktober 2021 telah mencapai 157,93 juta dosis atau 28,87% terhadap populasi meliputi dosis pertama sebanyak 100,32 juta dosis atau 36,68% dan dosis kedua 57,61 juta dosis 21,06%.

“Pemerintah meyakini momentum pemulihan ekonomi akan terus berlanjut seiring perbaikan kondisi pandemi, akselerasi vaksinasi yang akan terus didorong, serta dukungan berbagai kebijakan yang supportif dan terukur,” jelasnya. (ANT)


Penulis : Irwen