Paruh Pertama, Laba Adaro Energy Melonjak 617%


Jakarta - PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) mencatat lonjakan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik sebesar 617,15% menjadi US$1,121 miliar dibanding periode serupa tahun lalu hanya US$169 juta.

“Laba yang sangat tinggi akan membantu kami untuk memberikan dukungan finansial terhadap transformasi Grup Adaro di tahun-tahun mendatang karena kami melakukan investasi besar pada energi terbarukan, pengembangan kawasan industri hijau terbesar dunia, dan mendiversifikasi semakin jauh dari batu bara termal,” kata Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Adaro Energy Garibaldi Thohir melalui siaran pers, Selasa (30/8).

Penguatan laba tersebut dipacu oleh tingginya pendapatan usaha Adaro sekitar 127% menjadi US$3,541 miliar dari US$$1,563 juta, terutama didongkrak kenaikan 117% pada harga jual rata-rata (AS).

“Semester pertama 2022 adalah semester yang sangat kondusif untuk harga, sehingga mendorong pendapatan menyentuh rekor-rekor tertinggi dalam sejarah perusahaan,” tambahnya.

Ia menambahkan, walaupun menghadapi curah hujan yang tinggi dan masalah pengadaan alat berat, ADRO berhasil meningkatkan produksi sebesar 6% menjadi 28,0 juta ton dari 26,5 juta ton. Peningkatan produksi membantu kenaikan penjualan batu bara sebesar 7% menjadi 27,5 juta ton dari 25,8 juta ton.

Sayangnya, beban pokok pendapatan membengkak sekitar 42% menjadi US$1,516 miliar terutama karena kenaikan pembayaran royalti seiring kenaikan ASP dan kenaikan biaya penambangan karena kenaikan harga bahan bakar minyak global. Royalti yang dibayarkan kepada pemerintah Indonesia bersama dengan beban pajak penghasilan pada periode ini naik 315% menjadi US$1,207 miliar dari US$291 juta disebabkan oleh kenaikan pendapatan dari batu bara berkat kenaikan ASP. 

Beban usaha juga meroket sekitar 66% menjadi US$143 juta, karena perusahaan mencatat kenaikan 215% pada beban komisi penjualan.

Kendati demikian, ebitda operasional ADRO menguat 269% menjadi US$2,3 miliar dari US$635 juta.

“Pendapatan, EBITDA dan laba bersih kami mencapai rekor tertinggi kinerja semester pertama sejak perusahaan pertama kali melantai di bursa 14 tahun lalu,” tegasnya.

Total aset naik 30% menjadi US$8,789 miliar dari US$6,739 miliar pada tahun sebelumnya berkat kenaikan 86% pada kas menjadi US$2,244 miliar. Bagian lancar dari utang jangka panjang pada semester I tahun ini naik 66% menjadi US$352 juta karena pinjaman bergulir milik SIS berubah menjadi utang lancar.


Editor : Widya