Era Penyandang Disabilitas di Ranah Industri Kreatif  


Jakarta - Industri kreatif merupakan salah satu sektor yang diharapkan mampu menjadi kekuatan baru ekonomi nasional yang berkelanjutan dan menekankan pada penambahan nilai barang lewat pemanfaatan keterampilan, kreativitas dan bakat yang dimiliki individu dalam menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan.
 
Mewakili Organisasi Aksi Solodaritas Era Kabinet Indonesia Maju (OASE-KIM) Suzana Teten Masduki mengatakan kolaborasi antar kementerian serta kerja sama antara pemerintah dan swasta (public private partnership) merupakan kunci dari keberhasilan untuk membangun sistem pendukung bagi penyandang disabilitas.
 
“Agar nantinya mereka dapat berpartisipasi aktif dalam perekonomian negara, yang pada gilirannya akan menjadi sebuah gerakan menuju ekonomi baru yang mandiri dan inklusif,” katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (20/12).

Dijelaskan, saat ini industri kreatif menjadi katalisator bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, di mana pemerintah menaruh perhatian besar terhadap sektor ini dengan tujuan memaksimalkan potensi dan peluang.
 
Di sektor industri kreatif ini banyak sekali peluang dan kesempatan yang dapat dimanfaatkan oleh para penyandang disabilitas. Pasalnya, industri ini relatif ramah terhadap penyandang disabilitas.
 
Sementara itu Ketua Umum Yayasan Perempuan Tangguh Indonesia Myra Winarko mengungkapkan upaya memajukan kaum disabilitas bukanlah pekerjaan yang sederhana, dan tidak bisa sepenuhnya diserahkan pada pemerintah.
 
Oleh karena itu, tambah Myra, sejak awal gerakan ini, pihaknya selalu melibatkan berbagai perusahaan yang kontributif dan memiliki pandangan yang sama.
 
“Saat ini kami telah memiliki setidaknya 55 perusahaan baik jasa maupun produksi. Kami percaya perusahaan-perusahaan ini akan terus mendukung gerakan ini menjadi sistem pendukung dalam mendukung penyandang disabilitas dalam dua output yaitu sebagai wirausaha yang mandiri dan sebagai pekerja professional,” terangnya.
 
Dalam ajang Karya Tanpa Batas 2022 yang merupakan rangkaian dalam rangka Hari Disabilitas Internasional digelar sejumlah kegiatan seperti Lomba Gambar Nasional, yang diikuti oleh 193 artis penyandang disabilitas, dari sekitar 65 kabupaten/kota, 15 provinsi di Indonesia.
 
Dari hasil lomba gambar ini akan dipilih 30 gambar hasil kurasi, yang akan mendapatkan kontrak royalti oleh Yayasan Perempuan Tangguh Mandiri Indonesia (PTI) dan Koperasi Disabilitas sebagai desain dasar produk-produk industri kreatif dan merchandising.
 
Di dalam kontrak royalti tersebut, artis penyandang disabilitas akan mendapatkan royalti sebesar 20% dari setiap produk yang terjual. Setidaknya, sudah delapan UKM yang terlibat dalam produksi barang-barang merchandise dengan desain dari para penyandang disabilitas.
 
Ada juga, Workshop Make Up Artist yang diikuti oleh 30 peserta yang kesemuanya merupakan penyandang tuli dan workshop kuliner, pembuatan pastry yang diikuti oleh 25 penyandang tuli.
 
Selanjutnya ada Workshop Tarian Kontemporer, dipandu oleh Kita Poleng, Bali, yang diikuti  oleh 20 penyandang disabilitas, Workshop Macrame atau seni menjalin kain yang diikuti oleh 20 penyandang disabilitas dan Workshop Fashion, dengan tutor Musa Widiatmodjo dan diikuti oleh 15 penyandang disabilitas perancang busana.
 
Di bidang teknologi informasi, Karya Tanpa Batas juga menggelar Workshop penguasaan teknik-teknik komputasi dan aplikasi Microsoft (dari office sampai Linkedin), yang diikuti oleh 90 penyandang disabilitas, Workshop Penggunaan Tokopedia untuk digitalisasi marketing UKM Penyandang Disabilitas, yang diikuti oleh 30 penyandang disabilitas, dan Workshop “Cuan Besar dengan TikTok”, yang diselenggarakan oleh TikTokShop di Smesco Labo dan diikuti oleh 40 penyandang disabilitas.
 
Tak ketinggalan, pameran dan bazaar produk-produk UKM Penyandang Disabilitas, yang diikuti oleh 45 perusahaan penyandang disabilitas, termasuk produk-produk dari Sekolah Luar Biasa, yang diselenggarakan di Exhibition Hall Smesco pada 19 dan 20 Desember 2022.
 
Pada puncak acara Karya Tanpa Batas, juga akan diberikan 4 OASE-KIM AWARD untuk penyandang disabilitas inspiratif.
 
Penghargaan tersebut akan diberikan kepada KAMI BIJAK, sebuah platform digital untuk disabilitas, Pesantren Netra SAM’AN, sebuah pesantren inisiatif digital marketing “Tokobilitas”, Petra Angelina, Penyandang Disabilitas Down Syndrome yang menjadi self-advocate pada sidang PBB, dan Patricia Saerang, penyandang disabilitas fisik, pelukis mulut.
 
Selain itu, dalam puncak acara juga diserahkan beberapa Surat Keputusan (SK) pendirian lembaga-lembaga sebagai support system penyandang disabilitas, yaitu, Koperasi Pemasaran Tangguh Berdikari Indonesia, koperasi disabilitas pertama.
 
SK Pendirian Lembaga Inkubator dengan nama Inkubator Wirausaha Disabilitas Tangguh, lembaga inkubator yang didirikan Perempuan Tangguh Indonesia dengan support dari 50 perusahaan swasta sebagai wadah inkubasi bagi para wirausaha disabilitas.
 
Selanjutnya, ada juga SK dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) kepada 10 sekolah luar biasa (SLB), yang disahkan menjadi Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP).

OASE-KIM bekerja sama dengan Kementerian Koperasi dan UKM (KemenkopUKM), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Yayasan Perempuan Tangguh Mandiri Indonesia (PTI), serta SMESCO Indonesia menginisiasi program tahunan untuk disabilitas dengan tajuk Karya Tanpa Batas seiring dengan misi untuk mengubah pola pikir dan memberdayakan masyarakat hidup mandiri, produktif, kreatif, dan berkarakter, khususnya bagi masyarakat miskin dan termarginalkan sesuai dengan program pembangunan Nawacita dan Revolusi Mental.
 
Salah satunya dengan mendorong kewirausahaan kaum disabilitas yang menekankan pada 6 enam nilai strategis instrumental, yaitu dapat dipercaya, kewargaan, mandiri, kreatif, saling menghargai dan gotong royong.
 
Merujuk pada data SUSENAS 2020, jumlah penyandang disabilitas Indonesia mencapai 28,05 juta orang, dan 22% di antaranya berada pada kelompok usia produktif. Meski akses dan keterjangkauan pendidikan bagi penyandang disabilitas terus meningkat, tetapi hingga tahun 2020, baru 72% penyandang disabilitas bekerja di sektor informal (Indeks Kesejahteraan Sosial 2020).
 

 

 

 


Penulis : Irwen